kuliner nusantara
kuliner nusantara

5 Kuliner Nusantara di Solo dengan Cita Rasa Khas Indonesia

Jelajah kuliner nusantara di Solo: 5 rekomendasi makanan khas Indonesia dengan cita rasa khas Indonesia yang cocok buat lidah Indonesia dan selera nusantara.

kuliner nusantara
kuliner nusantara

Sehabis dari Pasar Gede pagi itu, Saya kepengin lanjut eksplor kuliner nusantara yang katanya di Solo rasanya “rumah banget”—cita rasa khas Indonesia yang membelai lidah Indonesia tanpa banyak drama. Kamu pasti pernah ngerasain momen saat perut lapar tapi hati pengin yang asli Indonesia: hangat, sederhana, tapi nagih. Nah, itulah yang Saya cari hari ini, dan ini dia 5 rekomendasi kuliner tradisional nusantara di Solo yang wajib kamu kunjungi.

Baca juga : 5 Tempat Makan Rombongan Jogja yang Cocok Kumpul Bersama


Kenapa Solo Itu Surga Kuliner Nusantara?

Solo punya ritme yang pelan namun pasti: orangnya ramah, bumbunya kaya, dan porsinya pas untuk selera nusantara. Di sini, sarapan bisa sehangat senyum penjual liwet, dan malam ditutup sop hangat yang bikin rileks. Buat Kamu yang pengin merasakan Indonesia dari rasa, Solo adalah “kelas intensif” kuliner—tanpa perlu tutor.

Ringkasnya:

  • Rasa paling pas untuk Kamu yang suka gurih legit dan rempah bersahaja.
  • Banyak pilihan makanan khas Indonesia, dari yang berkuah hingga panggang.
  • Cocok untuk wisatawan pemula sampai food hunter serius.

Tips Cepat Sebelum Berburu

  • Datang lebih pagi buat menu sarapan (serabi, liwet) biar kebagian batch pertama.
  • Bawa uang tunai kecil, beberapa kios masih nyaman dengan cash.
  • Porsi sharing kalau Kamu mau icip banyak tempat dalam sehari.
  • Foto dulu, makan kemudian—Solo itu fotogenik, dari gerobak sampai piringnya.

1) Nasi Liwet Solo — Gurih Areh yang Bikin Pulang

Pengalaman Saya

Saya nemu liwet yang porsinya pas: nasi gurih santan, areh (krim santan pekat), ayam suwir, telur, labu siam, dan sambal yang nggak nyolot tapi mengikat. Duduk di bangku plastik, asap kukusan tipis-tipis naik—sensasi sederhana yang justru bikin kangen. Tiap suapan kayak cerita: santan yang halus, ayam yang manis-gurih, dan areh yang menenangkan. Cita rasa khas Indonesia yang nggak menggurui: jujur, hangat, ramah.

Bullet Ringkas

  • Nasi gurih + areh lembut
  • Lauk ayam suwir, telur, labu siam
  • Sambal kalem, pas buat lidah Indonesia

Kekurangan Kecil

  • Antrean bisa mengular di jam sibuk.
  • Kursi terbatas; siap-siap duduk mepet.

Kisaran Harga & Waktu

  • Harga: ramah kantong (± Rp15–25 ribu/porsi).
  • Waktu terbaik: pagi sampai jelang siang.
    Lihat lokasi : google maps

2) Serabi Notosuman — Lembut, Wangi, dan “Nempel” di Ingatan

Pengalaman Saya

Di sini, Kamu belajar bahwa makanan khas Indonesia bisa sesederhana adonan tepung beras-santan yang diolah sabar. Serabinya tipis di pinggir, basah-lembut di tengah, wangi daun pandan. Saya suka yang original tanpa topping, karena rasa dasarnya udah “sulit dilawan”. Dimakan hangat, legitnya nggak berlebihan—rasa paling pas buat ngopi tipis-tipis.
Lihat lokasi : Google Maps

Bullet Ringkas

  • Tekstur lembut, pinggir sedikit krispi
  • Wangi pandan, manisnya sopan
  • Mudah dibawa sebagai oleh-oleh

Kekurangan Kecil

  • Cepat laris; ambil nomor urut kalau perlu.
  • Varian topping terbatas—tapi justru itu yang bikin otentik.

Kisaran Harga & Waktu


3) Timlo Solo — Sup Bening yang Kaya Cerita

Pengalaman Saya

Buat Kamu yang mencari kuah bening tapi berkarakter, Timlo Solo jawabannya. Isinya meriah: sosis solo (semacam rolade), telur pindang, ati ampela, potongan kulit tahu, plus suwiran ayam. Saat panas mengepul, aromanya ngingetin Saya pada sup rumahan—ringan, tapi berlapis rempah. Ini bukti kuliner nusantara itu fleksibel: sederhana di tampilan, dalam di rasa.

Bullet Ringkas

  • Kuah bening, segar, ringan
  • Isian komplet: sosis solo, telur, ati ampela
  • Cocok untuk semua umur

Kekurangan Kecil

  • Rasa cenderung “kalem”; pecinta pedas perlu tambah sambal.
  • Meja cepat penuh saat jam makan siang.

Kisaran Harga & Waktu

  • Harga: ± Rp20–30 ribu/bowl.
  • Waktu terbaik: siang atau malam untuk “penghangat mood”.
    Untuk lokasi: google maps

4) Tengkleng Solo — Rempah, Tulang, dan Kenikmatan Tak Terduga

Pengalaman Saya

Tengkleng itu semacam “seni menikmati sisa” yang diupgrade jadi masterpiece. Olahan tulang kambing dengan kuah rempah yang meresap; Kamu akan sibuk mengisap celah tulang sambil senyum-senyum kecil. Saya suka tendangannya yang asli Indonesia: rempah wangi, tapi nggak berlebihan—tinggal sesuaikan sambal. Makan tengkleng bikin Kamu pelan-pelan: ada “ritual” yang bikin obrolan table jadi lebih dekat

Bullet Ringkas

  • Kuah rempah wangi
  • Daging nempel tulang, juicy kalau pas masaknya
  • “Ritual” makan yang menyenangkan

Kekurangan Kecil

  • Bukan untuk yang anti-bau kambing.
  • Perlu tisu ekstra dan kesabaran (makan tulang itu meditasi kecil).

Kisaran Harga & Waktu

  • Harga: ± Rp25–40 ribu/porsi (tergantung bagian).
  • Waktu terbaik: sore–malam; pas untuk makan berat.
    Lihat lokasi : google maps

5) Sate Buntel — Cincang Kambing yang Dipeluk Lemak

Pengalaman Saya

Kalau Kamu pikir sate itu cuma potongan daging ditusuk, Sate Buntel akan mengubah perspektif. Daging kambing dicincang, dibungkus lemak tipis, lalu dipanggang. Hasilnya? Juicy, smokey, dan membelai lidah Indonesia dengan cara yang “laki” tapi elegan. Saya suka makan dengan sambal kecap dan irisan cabai—manis, pedas, gurih, semua menyatu.
Lihat lokasi : google maps

Bullet Ringkas

  • Daging cincang super juicy
  • Lapisan lemak tipis jadi “pelindung rasa”
  • Aroma bakaran yang menggoda

Kekurangan Kecil

  • Porsi mengenyangkan; siap-siap ngantuk bahagia.
  • Perlu tempat makan yang ventilasinya oke (asap grill).

Kisaran Harga & Waktu

  • Harga: ± Rp35–60 ribu/porsi.
  • Waktu terbaik: malam; cocok jadi “main course” sebelum pulang.

Rute Icip Satu Hari

Untuk Kamu yang pengin wajib kamu kunjungi semuanya tanpa bablas kekenyangan, ini itinerary ringkas:

  • Pagi (07.00–09.00): Serabi — sarapan manis ringan, secangkir teh panas.
  • Menjelang Siang (10.00–11.00): Nasi Liwet — porsi sedang, minta sambal terpisah.
  • Siang (13.00–14.00): Timlo — kuah bening untuk “reset” lidah.
  • Sore (17.00–18.00): Tengkleng — makan santai, obrolan panjang.
  • Malam (19.30–20.30): Sate Buntel — penutup megah, pulang dengan senyum.

Etika Makan & Foto

  • Antri dengan sabar. Banyak yang berburu rasa, semua ingin kebagian.
  • Foto secukupnya. Tanyakan izin kalau ambil gambar dapur/penjual.
  • Hargai harga lokal. Mereka menjaga tradisi; kita nikmati dengan hormat.

Baca juga : 5 Tempat Makan Rombongan Jogja yang Cocok Kumpul Bersama


Catatan E-E-A-T dari Saya

Saya menulis ini setelah beberapa kali pulang-pergi ke Solo. “Kelebihan” di atas adalah rasa yang Saya rekam di lidah—bisa jadi tiap tempat punya versi berbeda, tergantung hari dan tangan yang memasak. “Kekurangan” bukan untuk menjatuhkan, tapi jadi informasi berguna agar ekspektasi Kamu pas. Itulah kenapa kuliner nusantara selalu hidup: ada ruang buat cerita, bukan sekadar resep.


Penutup

Di Solo, cita rasa khas Indonesia hadir tanpa seremonial—hangat, jujur, asli Indonesia. Kalau Kamu cari makanan khas Indonesia yang bikin rindu rumah, lima rekomendasi di atas adalah start yang manis. Bawa pulang bukan cuma oleh-oleh, tapi juga memori: senyum penjual, wangi santan, asap bakaran yang menari. Selamat berburu selera nusantara—dan jangan lupa cerita ke Saya, mana yang paling cocok buat Kamu.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply