Day 10 – Jogja – sore itu saya resmi masuk mode “belanja oleh-oleh”. Anak sudah aman di hotel, dan saya tinggal memikirkan satu hal penting: stok oleh-oleh untuk keluarga dan tetangga di rumah. Jogja rasanya belum lengkap kalau belum bawa pulang bakpia, jadi sore itu saya melipir ke Bakpia Pathok 25. Di kepala, saya sudah membayangkan kotak-kotak bakpia yang rapi, siap dibagi-bagi, sambil berharap rasanya se-legit cerita orang selama ini.

Kenapa Saya Akhirnya Mampir ke Bakpia Pathok 25
Jogja itu kota yang penuh pilihan oleh-oleh, tapi nama Bakpia Pathok sudah seperti default di kepala banyak orang. Salah satu alasan saya datang ke Bakpia Pathok 25 adalah karena reputasinya yang sudah lama banget. Katanya, usaha bakpia di kawasan Pathok ini sudah berjalan sejak sekitar tahun 1948, jadi saya penasaran seperti apa rasa dan pengalamannya sekarang.
Selain itu, saya datang dengan misi jelas: mengamankan stok oleh-oleh untuk keluarga dan tetangga. Kalau hanya beli satu atau dua kotak, rasanya nggak mungkin cukup. Saya butuh tempat yang varian rasanya banyak, gampang pilih rasa, dan stoknya relatif aman meski datang di jam ramai. Di sinilah kelebihan tempat ini terasa: satu toko, banyak pilihan, tinggal atur strategi mau kombinasi rasa seperti apa.
Lokasinya juga terasa ramah buat yang bawa kendaraan. Area parkir untuk pelanggan cukup luas untuk standar kota wisata yang sering macet di jam-jam tertentu. Jadi saya nggak perlu drama muter-muter cari tempat parkir. Buat saya yang datang di hari terakhir di Jogja, efisiensi waktu itu penting banget.
Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur
Pengalaman Belanja dan Nyemil Bakpia di Sore Hari
Suasana Toko di Jam Ramai Sore
Saya datang sekitar sore hari, yang ternyata memang jadi jam favorit orang berburu bakpia, kira-kira antara pukul 16.00–19.00. Di jam segitu, suasananya hidup: beberapa rombongan keluarga, rombongan tur, sampai pasangan yang sibuk menghitung berapa kotak yang harus dibawa pulang.
Meski ramai, alurnya masih enak diikuti. Kamu pilih varian rasa yang mau dibeli, petugas membantu mencatat dan menyiapkan, lalu kamu tinggal menunggu sekitar 5–10 menit sampai semua kotak tersusun rapi. Bukan tipe antrean yang bikin emosi, tapi cukup membuatmu punya waktu untuk memantapkan pilihan rasa.
Bagian yang bikin nyaman adalah parkir pelanggan yang cukup luas, terutama buat mobil. Jadi setelah turun, saya bisa langsung fokus lihat-lihat tanpa kepikiran mobil menghalangi jalan orang lain atau kena teguran petugas.
Baca juga: Gudeg Pawon Janturan: Kuliner Malam Legendaris yang Bikin Rela Antre di Dapur
Milih Varian Rasa: Bikin Galau Versi Menyenangkan
Salah satu kelebihan Bakpia Pathok 25 adalah varian rasanya yang banyak. Bukan hanya kacang hijau klasik, tapi juga ada rasa lain seperti keju, cokelat, kacang merah, dan beberapa varian lain yang lebih modern. Di titik ini, kegalauan mulai muncul: mau main aman dengan rasa klasik, atau sekalian eksplor rasa lain untuk saudara-saudara yang suka coba hal baru?
Strategi saya akhirnya sederhana: satu kotak isi rasa klasik, lalu beberapa kotak campuran dengan rasa yang berbeda. Dengan cara ini, kamu bisa membagi-bagikan oleh-oleh sambil kasih “pengalaman icip” yang lebih beragam. Buat tetangga, biasanya rasa aman seperti kacang hijau dan keju masih jadi favorit.
Petugasnya cukup sabar menjelaskan isi tiap varian dan membantu menyusun kombinasi rasa. Buat kamu yang suka bingung memilih, jangan ragu tanya. Dijelasin pelan-pelan kok, dan kamu bisa menyesuaikan dengan selera keluarga di rumah.
Rasa & Tekstur di Setiap Gigitan
Setelah urusan belanja hampir beres, saya tentu nggak tahan untuk mencoba satu potong di tempat. Tekstur kulit bakpia di sini cenderung lembut dengan sedikit crumble ketika digigit. Isinya padat tapi nggak terlalu berat, dengan manis yang cenderung seimbang, bukan tipe manis yang bikin eneg.
Untuk rasa kacang hijau, ada aroma kacang yang cukup terasa dan tidak terlalu berminyak. Varian keju memberi sensasi gurih-manis yang cocok buat kamu yang kurang suka isian terlalu manis. Dimakan sore hari sambil menunggu matahari turun, rasanya pas: cukup mengganjal perut, tapi tidak sampai bikin kekenyangan.
Aftertaste-nya juga cukup bersih. Nggak ada rasa aneh di ujung lidah, dan menurut saya ini penting kalau bakpia-nya mau dibawa di perjalanan pulang yang mungkin masih panjang. Kamu nggak mau kan, makan satu lalu kapok karena terlalu manis atau terlalu berat?
Proses Pesan–Tunggu–Ambil yang Cukup Tertata
Secara alur, pengalaman pesan di sini cukup sederhana. Kamu ambil nomor atau langsung sampaikan pesanan ke petugas yang berjaga, sebutkan berapa kotak dan varian rasa yang diinginkan, lalu mereka akan mencatat semuanya. Setelah itu, pesanan disiapkan di bagian belakang, dan kamu tinggal menunggu 5–10 menit sampai semuanya siap.
Selama menunggu, kamu bisa cek lagi jumlah kotak, hitung kira-kira mau dibagi ke siapa saja, atau sekadar mengamati pengunjung lain yang juga sibuk belanja. Begitu pesanan selesai, kotak-kotak bakpia akan disusun rapi, dan kamu bisa cek ulang sebelum membayar. Prosesnya cukup ringkas dan terasa terorganisir, terutama di jam ramai.
Informasi Praktis Buat Kamu yang Mau ke Sini
Kalau kamu tipe yang suka merencanakan semua detail sebelum berangkat, bagian ini penting:
- Waktu kunjung ideal: Sore hari memang enak, apalagi kalau sekalian perjalanan balik ke hotel atau stasiun. Tapi ingat, sekitar pukul 16.00–19.00 adalah jam ramai, jadi siap-siap ketemu antrean.
- Parkir: Salah satu nilai plus di Bakpia Pathok 25 adalah area parkir pelanggan yang relatif luas. Enak buat yang bawa mobil keluarga, nggak terlalu waswas soal parkir di pinggir jalan.
- Durasi kunjungan: Kalau datang di jam ramai tapi alur masih lancar, kisaran waktu yang kamu habiskan di sini sekitar 20–30 menit. Cukup aman untuk disisipkan di itinerary hari terakhir.
- Usia usaha: Secara historis, usaha bakpia di kawasan Pathok sudah berjalan sejak sekitar tahun 1948. Buat kamu yang suka hal-hal bernuansa klasik, sentuhan “usaha lawas yang bertahan” ini bisa jadi nilai tambah.
Kalau bawa anak, biasanya mereka cukup terhibur dengan melihat kotak-kotak bakpia yang ditumpuk rapi. Hanya saja, toko oleh-oleh cenderung ramai, jadi tetap jaga anak dekat denganmu.
Cek lokasi: Google Maps
Ngobrol Singkat dengan Karyawan
Saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu karyawan di sana untuk dapat insight lebih praktis. Kurang lebih rangkumannya seperti ini:
- Rasa paling laris:
Rasa kacang hijau klasik masih jadi favorit banyak orang, disusul keju dan cokelat untuk yang ingin variasi. - Tahan berapa lama:
Dalam kondisi suhu ruang, bakpia biasanya direkomendasikan habis dalam beberapa hari. Kalau mau agak lebih tahan, bisa disimpan di kulkas dan dihangatkan sebentar sebelum dinikmati lagi. - Simpan di mana yang ideal:
Tempat sejuk dan kering, jangan terkena sinar matahari langsung. Simpan di kotak aslinya, tutup rapat setelah dibuka supaya tekstur kulitnya tidak cepat kering. - Bisa kirim via ekspedisi atau tidak:
Umumnya mereka sudah terbiasa melayani pelanggan yang ingin membawa bakpia untuk perjalanan jauh. Kalau mau kirim lewat ekspedisi, kamu bisa diskusikan soal pengemasan agar lebih aman di perjalanan.
Ngobrol singkat seperti ini membantu banget buat kamu yang mau belanja agak banyak dan khawatir soal ketahanan produk.
Bandingin Dikit dengan Bakpia Kurnia Sari
Di Jogja, nama Bakpia Pathok 25 bukan satu-satunya yang sering disebut. Ada juga pemain lain seperti Bakpia Kurnia Sari. Daripada membandingkan siapa yang “paling”, saya lebih suka melihatnya sebagai dua karakter yang berbeda.
Bakpia Pathok 25 punya kelebihan di kemudahan akses dan kesan “klasik” yang melekat kuat di benak banyak wisatawan. Cocok buat kamu yang ingin pilihan rasa banyak di satu tempat, dengan suasana toko yang sudah terbiasa menghadapi rombongan wisata.
Sementara itu, Bakpia Kurnia Sari sering disebut punya pendekatan rasa dan tekstur yang sedikit berbeda, dengan penggemarnya sendiri. Buat kamu yang punya waktu cukup panjang di Jogja, nggak ada salahnya mencoba keduanya, lalu memutuskan sendiri mana yang paling cocok di lidah.
Intinya, pilihan bakpia di Jogja itu luas. Bakpia Pathok 25 hadir sebagai salah satu opsi utama yang aman, terutama kalau kamu butuh stok oleh-oleh dalam jumlah lumayan banyak.
Tips Kunjungan Biar Belanja Bakpia Lebih Santai
Supaya pengalamanmu belanja di sini terasa lebih mulus, ini beberapa tips yang bisa kamu pertimbangkan:
- Datang sedikit sebelum jam ramai penuh
Kalau bisa, datang sebelum puncak keramaian sekitar 16.00–19.00. Misalnya jam 15-an, suasana biasanya masih lebih lengang, tapi stok sudah siap. - Catat dulu mau bagi ke siapa saja
Sebelum berangkat, buat daftar singkat: keluarga inti, orang tua, saudara, tetangga, teman kantor. Dari situ, kamu bisa kira-kira perlu berapa kotak dan mau pilih rasa apa. - Campur rasa dalam beberapa kotak
Kalau bingung, beli kombinasi rasa favorit seperti kacang hijau, keju, dan cokelat. Saat dibagikan, orang bisa pilih sesuai selera, dan kamu nggak pusing memikirkan cocok atau nggaknya. - Perhatikan rencana perjalanan pulang
Kalau kamu masih akan menempuh perjalanan jauh setelah dari Jogja, atur pembelian bakpia mendekati jadwal pulang. Tujuannya supaya masa simpan di rumah tidak terlalu singkat. - Simpan sesuai saran karyawan
Setelah sampai rumah, langsung pindahkan ke tempat sejuk dan kering. Kalau mau disimpan lebih lama, gunakan kulkas dan hangatkan sebelum disajikan. - Jangan lupa sisakan untuk diri sendiri
Kadang kita sibuk membagi oleh-oleh sampai lupa menyimpan satu kotak untuk dinikmati pelan-pelan di rumah. Trust me, punya satu kotak “jatah sendiri” itu menyenangkan.
Jadi Wajib Dibawa Pulang Nggak, Nih?
Buat saya pribadi, mampir ke Bakpia Pathok 25 di hari terakhir di Jogja terasa seperti penutup yang pas. Sore hari, stok oleh-oleh untuk keluarga dan tetangga aman, dan saya sempat mencicipi beberapa potong bakpia yang lembut dan legit sebelum kembali ke rutinitas.
Kalau kamu mencari oleh-oleh yang praktis, mudah dibawa, dan punya rasa yang sudah akrab di lidah banyak orang, tempat ini rasanya masuk kategori “wajib” untuk disinggahi. Varian rasa yang banyak memudahkan kamu mengakomodasi berbagai selera, mulai dari yang suka klasik sampai yang lebih suka rasa modern.
Akhirnya, tiga hal yang saya ingat ketika menyebut tempat ini: oleh-oleh yang aman dibagi-bagi, rasa yang legit tanpa berlebihan, dan format produk yang praktis untuk dibawa pulang. Jadi kalau kamu sedang menyusun itinerary ke Jogja, nggak ada salahnya sisipkan satu slot khusus di hari terakhir untuk melipir ke Bakpia Pathok 25 dan pulang dengan tas yang sedikit lebih berat, tapi hati yang terasa puas.




Pingback: Sarapan Kupat Tahu Pojok Magelang: Pagi Lembut dengan Bumbu Kacang Halus - Local x Food