Day 1 di Magelang: Usai Jelajah Kota Tua Mencicipi Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema

Day 1 di Magelang, saya menginap di Grand Artos Hotel bareng Joana dari Travellerscantik. Setelah setengah hari keliling Kota Tua Magelang, kaki mulai pegal dan perut masuk kategori “lapar sedang”—belum kelaparan, tapi kalau kelamaan bisa bad mood. Di titik itu, saya dan Joana sepakat: kami butuh tempat makan yang family-friendly, lega, dan enak buat “landing” makan siang menjelang sore. Dari beberapa opsi, kami akhirnya melipir ke Kedai Bukit Rhema di kawasan Borobudur, yang katanya punya ayam bakar juara plus suasana alam yang adem.

Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur

Begitu mobil keluar area kota dan mulai masuk jalanan menuju Borobudur, suasana kota pelan-pelan diganti hamparan hijau dan udara yang rasanya lebih ringan. Buat saya, kombinasi “lapar sedang + pemandangan adem + bayangan ayam bakar” itu adalah paket lengkap yang susah ditolak.

ayam bakar kedai bukit rhema
Ayam Bakar Nusantara

Kenapa Saya Memilih Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema untuk Makan Siang

Setiap kali cari tempat makan di perjalanan, saya biasanya punya tiga kriteria: makanannya harus layak diulang, tempatnya nyaman untuk duduk agak lama, dan ramah keluarga. Apalagi Magelang–Borobudur ini identik dengan wisata keluarga, jadi saya membayangkan sebuah resto yang bukan cuma soal rasa, tapi juga soal ruang untuk bernafas dan bermain.

Kedai Bukit Rhema masuk radar karena beberapa hal:

  1. Lokasinya dekat dengan area wisata Borobudur – cocok banget kalau Kamu habis jalan-jalan atau tur gereja ayam dan cari tempat makan tanpa harus balik ke tengah kota.
  2. Suasana alam yang jadi “jualan utama” – dari cerita orang, view alam di sini bikin betah duduk lama tanpa terasa waktu.
  3. Ada playground dan area luas – ini penting kalau Kamu datang bersama keluarga, anak, atau rombongan. Anak bisa tetap aktif, orang tua bisa makan dan ngobrol tanpa terlalu khawatir mereka bosan.

Buat saya pribadi, kombinasi ayam bakar, resto yang lega, dan view alam itu terasa pas banget untuk menutup rangkaian jelajah Kota Tua Magelang di hari pertama. Saya datang dengan ekspektasi: “Semoga ayam bakarnya enak, pelayanan nggak lama, dan tempatnya cukup luas untuk duduk santai 60–90 menit.”


Pengalaman Menikmati Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema

Suasana Resto: Antara Lapar dan Nyaman

ayam bakar kedai bukit rhema
Kedai Bukit Rhema

Kami tiba menjelang jam makan siang–sore, di rentang waktu yang memang ideal untuk menikmati ayam bakar. Di jam 12.00–15.00 area resto sudah terasa hidup, tapi masih di level ramai yang menyenangkan—bukan yang bikin Kamu pusing. Meja-meja terisi keluarga, rombongan kecil, dan beberapa pasangan yang kelihatan baru turun dari area wisata sekitar Borobudur.

Begitu masuk, saya langsung menangkap dua hal: sirkulasi udara yang lega dan pemandangan alam yang ikut “masuk” ke dalam ruang makan. Rasanya bukan seperti makan di ruang tertutup, tapi seperti ada transisi halus antara area makan dan lanskap hijau di sekitarnya.

Lihat Lokasi : google maps

Tekstur, Rasa, dan Aftertaste Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema

Tentu saja, yang paling saya tunggu adalah Ayam Bakar mereka. Saya memesan porsi yang cocok untuk sharing, karena dari awal niatnya memang bukan makan sendiri-sendiri tapi “family-style”—satu meja, beberapa lauk, nasi hangat, dan semua bisa ambil bareng.

Begitu ayam bakar datang ke meja, hal pertama yang terasa adalah aroma bumbu bakaran yang naik pelan-pelan begitu piring didekatkan. Kulit ayamnya tampak punya titik-titik karamelisasi, dengan bagian kecokelatan yang menggoda tapi tidak sampai gosong.

Saat dipotong, tekstur dagingnya terasa:

  • Bagian luar punya sedikit kering yang memberikan kontras gigitan pertama,
  • Bagian dalam masih cukup lembap, tidak terlalu kering,
  • Bumbu meresap sampai ke lapisan tengah daging—bukan cuma “nempel” di permukaan.

Di mulut, rasa manis-gurih dengan sedikit smoky muncul bertahap. Bukan bumbu yang meledak heboh, tapi lebih ke rasa yang pelan-pelan mengisi mulut dan meninggalkan aftertaste nyaman. Cocok dimakan dengan nasi hangat, sambal, dan lalapan segar. Dimakan di jam siang sampai sore, ayam bakar seperti ini terasa pas—tidak terlalu berat, tapi cukup mengenyangkan untuk mengisi energi setelah jalan seharian.

Alur Pesan–Tunggu–Saji Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema

Begitu duduk, kami langsung pesan beberapa menu: ayam bakar untuk sharing, tambahan lauk, nasi, dan minuman. Alurnya kira-kira seperti ini:

  1. Pesan menu – staf membantu menjelaskan porsi dan rekomendasi untuk sharing, jadi gampang untuk mengira-ngira cukup untuk berapa orang.
  2. Waktu tunggu 10–20 menit – untuk kategori ayam bakar yang dibakar dan disajikan hangat, durasi ini menurut saya wajar. Tidak terlalu lama, tapi terasa bahwa makanan memang disiapkan, bukan sekadar dihangatkan.
  3. Sambil menunggu, Kamu bisa ajak anak lihat playground atau menikmati view alam dari area tertentu. Ini bikin fase menunggu terasa lebih ringan, terutama untuk keluarga.
  4. Makanan datang bertahap – nasi dan lauk utama dulu, lalu beberapa pelengkap menyusul. Alur seperti ini membantu meja cepat “hidup” tanpa perlu menunggu semuanya lengkap baru bisa mulai makan.

Secara total, kami menghabiskan waktu sekitar 60–90 menit di sini—termakan oleh obrolan, foto-foto, dan sesi santai setelah perut terisi.


Informasi Praktis yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Mencoba Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema

Biar Kamu bisa lebih siap sebelum datang, ini beberapa hal praktis yang saya amati langsung di lokasi:

  • Jam ramai:
    Jika Kamu datang antara 12.00–15.00, ini adalah jam yang paling ramai. Cocok kalau Kamu suka suasana hidup dan ingin merasakan vibe resto ketika penuh keluarga dan rombongan.
  • Parkir motor dan mobil:
    Area parkir untuk motor dan mobil tergolong luas untuk ukuran resto keluarga. Buat rombongan yang datang dengan beberapa mobil, ini jadi poin plus. Kamu tidak perlu terlalu khawatir soal susah parkir atau muter-muter cari tempat.
  • Sudah berdiri sejak:
    Tidak ada informasi detail yang saya dapat soal sejak kapan Kedai Bukit Rhema berdiri. Yang jelas, dari alur pelayanan dan pengelolaan area, terasa bahwa tempat ini sudah cukup terbiasa menangani tamu dalam format keluarga dan rombongan.
  • Durasi ideal di lokasi:
    Kalau Kamu datang untuk makan siang sekaligus ingin santai menikmati suasana, alokasikan waktu 60–90 menit. Cukup untuk pesan–tunggu–makan–foto–dan kasih waktu main untuk anak.

Ngobrol Singkat dengan Karyawan Kedai Bukit Rhema

Saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu karyawan untuk cari tahu beberapa hal yang sering jadi pertanyaan keluarga atau rombongan. Kurang lebih, ini rangkuman jawaban mereka:

  • Menu anak favorit apa?
    Anak-anak biasanya suka menu yang rasanya familiar dan tidak terlalu pedas, seperti ayam goreng atau olahan ayam yang bumbunya lebih ringan, plus pilihan nasi dan minuman segar. Intinya, mereka berusaha menyiapkan opsi yang ramah lidah anak.
  • Paket sharing untuk 4 orang ada?
    Walaupun paket bisa berubah sewaktu-waktu, intinya Kamu bisa memesan porsi ayam dan lauk lain yang cocok untuk sharing 3–4 orang. Staf biasa membantu mengarahkan kombinasi menu agar porsinya pas, tidak kurang dan tidak terlalu berlebihan.
  • Spot playground di mana?
    Playground berada di area yang cukup mudah dipantau dari beberapa sisi resto. Jadi, orang tua masih punya kesempatan mengawasi anak sambil duduk makan atau minum. Ini membantu banget untuk keluarga yang datang dengan anak usia aktif.
  • Butuh reservasi weekend?
    Akhir pekan biasanya lebih ramai, apalagi jika bertepatan dengan musim liburan. Saran dari karyawan: lebih baik hubungi dulu untuk memastikan ketersediaan tempat, terutama jika Kamu datang dengan rombongan atau keluarga besar. Reservasi membantu mereka menyiapkan meja dan alur pelayanan.

Kalau Dibanding Resto Keluarga Lain di Borobudur

Di area Borobudur, cukup banyak resto keluarga yang mengandalkan menu Nusantara, termasuk ayam bakar. Tapi ada beberapa hal yang menurut saya membuat Kedai Bukit Rhema punya karakter sendiri, tanpa harus menjatuhkan tempat lain:

  1. Playground dan ruang gerak anak yang terasa “bagian dari pengalaman”, bukan sekadar pelengkap. Banyak resto keluarga punya sudut kecil untuk anak, tapi di sini playground terasa dirancang sebagai bagian serius dari pengalaman keluarga.
  2. View alam yang benar-benar ikut membentuk suasana makan. Bukan hanya sekadar jendela besar, tapi lanskap sekitar yang mendukung Kamu untuk duduk lebih lama tanpa bosan.
  3. Kesan “resto keluarga yang siap terima rombongan”. Dari parkir, layout meja, sampai ritme pelayanan, terasa bahwa mereka terbiasa dengan tamu dalam jumlah lebih dari sekadar satu keluarga kecil.

Kalau Kamu terbiasa makan di resto keluarga lain di kawasan Borobudur, Kedai Bukit Rhema bisa jadi alternatif ketika Kamu ingin ayam bakar dengan suasana alam yang lebih terasa, plus playground yang benar-benar terpakai.

Baca Juga : Getuk Trio Magelang: Oleh-Oleh Legit untuk Camilan Keluarga


Tips Biar Makan Siang Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema Makin Maksimal

Supaya pengalaman Kamu di Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema makin enak dan minim drama, ini beberapa tips yang menurut saya berguna:

  1. Datang di jam transisi siang–sore
    Kalau Kamu ingin tetap merasakan suasana ramai tapi masih punya kesempatan pilih tempat duduk, datanglah sedikit sebelum jam puncak, misalnya sekitar 11.30–12.00. Kamu bisa makan dengan tenang sebelum benar-benar penuh di jam 12.00–15.00.
  2. Siapkan waktu minimal 60–90 menit
    Jangan datang dengan waktu terlalu mepet. Beri ruang untuk menunggu 10–20 menit, makan pelan-pelan, foto suasana, dan biarkan anak menikmati playground. Tempat seperti ini sayang kalau cuma dipakai untuk makan kilat 20 menit.
  3. Manfaatkan playground untuk “mengalihkan” anak saat menunggu
    Kalau Kamu datang dengan anak yang cepat bosan, playground bisa jadi penyelamat. Sambil menunggu ayam bakar matang, Kamu bisa ajak mereka melihat area bermain, lalu kembali ke meja saat makanan siap.
  4. Tanyakan opsi sharing untuk 3–4 orang
    Jika datang berempat, lebih enak memesan menu yang memang cocok untuk sharing. Selain lebih efisien, cara ini juga membuat Kamu bisa mencoba beberapa lauk sekaligus, bukan hanya satu jenis.
  5. Pertimbangkan reservasi di akhir pekan atau musim liburan
    Untuk Kamu yang tidak suka menunggu lama dan datang dengan rombongan, mengirim pesan atau telepon dulu sebelum berangkat bisa menghemat banyak energi.
  6. Pilih duduk di area yang dekat view alam
    Kalau Kamu penyuka foto atau sekadar ingin makan sambil memandang hijau, cari meja di area yang langsung menghadap ke alam. Ayam bakar hangat + nasi + pemandangan hijau = kombinasi sederhana yang bikin pengalaman makan terasa utuh.

Jadi Wajib Nggak Nih Cobain Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema Buat Keluarga Kamu?

Kalau Kamu lagi di Magelang atau Borobudur dan mencari resto keluarga untuk makan siang sampai sore, menurut saya Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema itu Wajib dicoba, terutama kalau Kamu datang bersama keluarga atau rombongan.

Tiga hal yang paling menempel di kepala saya setelah makan di sini adalah:

  1. Keluarga – Layout meja, playground, dan suasana resto jelas dirancang dengan keluarga dan rombongan dalam pikiran. Anak punya ruang bermain, orang tua punya ruang ngobrol.
  2. Luas – Dari area parkir sampai ruang makan, tempat ini memberi rasa lega. Kamu tidak merasa sempit atau tergesa-gesa menghabiskan makanan.
  3. Nyaman – Waktu tunggu 10–20 menit untuk ayam bakar masih masuk akal, apalagi ditopang suasana adem dan view alam. Cocok untuk duduk 60–90 menit tanpa terasa.

Jadi, kalau suatu hari Kamu menginap di Grand Artos Hotel, habis keliling Kota Tua Magelang, dan perut mulai masuk fase “lapar sedang”, ingatlah bahwa ada satu opsi menarik di arah Borobudur: Ayam Bakar di Kedai Bukit Rhema, dengan kombinasi rasa, ruang, dan suasana yang ramah keluarga. 🌿🍗

Show 1 Comment

1 Comment

Leave a Reply