Day 8 – Jogja, malam setelah main di Alun-Alun Kidul, saya dan keluarga akhirnya bubar dari suasana lampu-lampu odong dan becak hias. Anak sudah puas lari-lari dan naik wahana, tapi saya malah tiba-tiba ngidam yang pedas banget. Suami langsung mengerti, karena dari awal memang kami sudah wacanain mampir ke oseng mercon, sementara anak memang tidak ikut makan pedas. Dari area Alun-Alun Kidul, kami pelan-pelan menuju lapak makanan enak sederhana di tepi jalan: Oseng Mercon Bu Narti yang katanya pedasnya kuat dan bikin nagih.
Begitu turun dari mobil, aroma masakan tumis dan cabai langsung terasa di udara malam yang lembap. Suasana Jogja yang biasanya tenang berubah jadi sedikit lebih “greget” karena deretan wajan, asap, dan panci yang terus sibuk di depan warung. Di momen itu, saya cuma punya satu misi: cari seporsi oseng mercon yang bisa menuntaskan ngidam pedas malam itu.
Kenapa Saya Akhirnya Milih Oseng Mercon Bu Narti
Saya datang dengan satu ekspektasi jelas:
- Pengin makan sesuatu yang pedas kuat, bukan pedas basa-basi.
- Tetap ada rasa gurih dan nikmat di balik cabai yang melimpah.
- Suasana ala kuliner malam Jogja yang khas: sederhana, ramai, dan agak riweh tapi hangat.
Lokasinya di tepi jalan membuat warung ini terasa sangat “kuliner Jogja banget”. Lampu-lampu jalan, suara kendaraan lewat, plus antrian orang yang menunggu giliran makan atau bungkus, semua menyatu dalam satu frame. Buat saya, ini tipe tempat makan yang cocok dikunjungi saat malam; rasanya kurang pas kalau matahari masih tinggi.
Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur
Pengalaman Makan di Bu Narti

Begitu sampai, saya dan suami langsung pesan oseng mercon. Anak tidak ikut makan pedas, jadi dia kami amankan dengan minuman dan camilan yang lebih aman. Prosesnya cukup simpel: pesan, tunggu sekitar 10–20 menit, lalu makanan datang dalam piring yang masih berasap tipis.
Waktu menunggu terasa wajar karena:
- Pesanan cukup banyak, datang silih berganti.
- Masakan tetap diolah dengan ritme dapur rumahan, bukan fast food.
Sambil menunggu, saya perhatikan dapurnya: wajan besar, warna cabai yang menggoda, dan panci-panci yang terus bergeser. Ada sensasi “deg-degan” kecil: kira-kira pedasnya sekuat apa?
Rasa dan Tekstur: Cabai Serius, Bukan Hanya Pemanis
Saat suapan pertama masuk, yang terasa duluan tentu letupan pedas dari cabai rawit yang seakan langsung menyapa lidah. Pedasnya tidak malu-malu:
- Ada sensasi hangat yang cepat naik ke dahi.
- Rasa gurih dari daging dan bumbu tetap hadir, jadi bukan pedas yang kosong.
Oseng mercon di sini biasanya berisi potongan daging, kikil, lemak, dan sedikit kuah berminyak yang membalut semuanya. Teksturnya:
- Dagingnya cenderung empuk dengan sedikit perlawanan saat dikunyah.
- Kikilnya lembut, memberi sensasi kenyal yang bikin setiap suapan berasa lebih “ramai”.
Dimakan bersama nasi putih hangat, pedasnya terasa lebih seimbang. Saya pribadi merasa ini tipe pedas yang:
- Bikin keringetan, tapi tetap ingin lanjut makan.
- Punya aftertaste gurih yang menetap sebentar di lidah, bukan hanya rasa terbakar.
Tidak heran kalau waktu terbaik menikmatinya memang malam hari. Udara yang lebih dingin bikin pedasnya justru terasa lebih pas, seolah-olah tubuh memang lagi butuh sesuatu yang bisa “menghangatkan dari dalam”.
Lihat Lokasi : Google Maps
Informasi Praktis
Dari pengalaman saya, jam ramai di Oseng Mercon Bu Narti ada di kisaran 20.00–23.00. Di rentang waktu ini, arus pengunjung datang terus menerus. Ada yang makan di tempat, ada juga yang bungkus. Kalau Kamu datang di jam-jam ini, wajar kalau harus menunggu lebih lama.
Untuk soal parkir:
- Parkir motor dan mobil ada di tepi jalan.
- Tidak seluas area parkir restoran besar, jadi butuh sedikit kesabaran untuk mencari celah.
- Malam hari suasana jalan memang lebih lengang dibanding siang, tapi tetap perlu hati-hati saat turun naik kendaraan.
Warung yang Sudah Lama Menemani Malam Jogja
Salah satu hal yang bikin tempat ini menarik adalah fakta bahwa Oseng Mercon Bu Narti sudah berdiri sejak sekitar ±1998. Artinya, puluhan tahun sudah lewat, tapi namanya masih disebut ketika orang mencari rekomendasi makanan pedas di Jogja.
Buat saya, ini jadi sinyal bahwa:
- Ada konsistensi rasa yang dijaga.
- Tempat ini bukan sekadar “viral sebentar”, tapi pelan-pelan jadi bagian dari peta kuliner malam Jogja.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Oseng Mercon Bu Narti
Saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu karyawan di sana untuk memastikan beberapa hal yang mungkin juga Kamu pikirkan sebelum datang. Kurang lebih, inilah rangkuman jawaban mereka:
- Level Pedas
Katanya, dari awal konsepnya memang oseng mercon pedas kuat. Tapi sekarang, ada sedikit fleksibilitas. Kalau Kamu bilang tidak terlalu kuat pedas, biasanya mereka bisa sedikit mengatur porsi cabai. Intinya, tetap pedas, tapi tidak sampai “membakar” untuk semua orang. - Menu Non-Pedas
Buat yang datang rombongan atau bawa keluarga, biasanya memang ada yang tidak bisa makan pedas. Di situ, karyawan menyarankan beberapa lauk lain yang lebih “aman” dan tidak sepedas oseng mercon utama. Jadi, yang tidak doyan pedas tetap bisa ikut makan bareng. - Porsi Campur
Kalau Kamu tipe yang suka porsi campur—misalnya oseng mercon dicampur dengan lauk lain—mereka cukup fleksibel. Tinggal sampaikan saat pesan. Kadang malah lebih nyaman makan pedas dengan tambahan lauk lain agar rasanya lebih seimbang. - Parkir Malam
Untuk urusan parkir malam, mereka mengakui memang terbatas. Tapi biasanya ada bantuan juru parkir yang membantu mengarahkan kendaraan agar posisi tidak mengganggu lalu lintas. Saran mereka: sabar sedikit dan pastikan kendaraan terparkir rapi.
Di Jogja, nama Oseng Mercon Bu Roso juga sering muncul kalau Kamu mencari referensi makanan pedas. Keduanya sama-sama punya penggemar sendiri dan sering dibandingkan. Dari sudut pandang saya sebagai penikmat pedas biasa, komparasinya kira-kira seperti ini:
- Cita Rasa Pedas
Oseng Mercon Bu Narti terasa punya karakter pedas yang “langsung menonjok di awal” tapi tetap menyisakan ruang bagi rasa gurih. Ini cocok kalau Kamu suka pedas jelas tanpa perlu banyak basa-basi. - Suasana
Keduanya sama-sama mengusung vibe warung sederhana yang hidup di malam hari. Bu Narti terasa sangat “jalan raya Jogja”: tepi jalan, ramai, dan agak riweh tapi hangat. - Kenyamanan Keluarga
Kalau Kamu datang dengan suami/istri yang doyan pedas dan anak yang tidak makan pedas, di Bu Narti masih memungkinkan untuk cari opsi yang lebih aman buat anak. Bagi saya, ini nilai plus karena keluarga tetap bisa makan di satu tempat.
Komparasi ini bukan untuk menentukan mana yang “paling benar”, tapi lebih untuk membantu Kamu memilih titik awal: kalau malam itu Kamu ada di area yang lebih dekat ke Bu Narti, rasanya sayang kalau tidak sekalian mampir.
Baca Juga : Tempo Gelato Jogja: Sore Manis di Prawirotaman & Kaliurang
Tips Kunjungan ke Oseng Mercon Bu Narti
1. Datang Sedikit Lebih Awal dari Jam Ramai
Kalau bisa, datang sebelum jam 20.00 atau di awal jam ramai. Di jam-jam ini:
- Antrian belum terlalu mengular.
- Kamu masih bisa pilih tempat duduk yang relatif nyaman.
- Waktu tunggu cenderung lebih singkat dibanding saat puncak kepadatan.
2. Kenali Batas Pedas Kamu
Ini penting kalau Kamu jarang makan cabai dalam jumlah banyak. Beberapa hal yang bisa Kamu lakukan:
- Sampaikan dari awal kalau Kamu ingin pedas “sedang” saja.
- Siapkan minuman yang cukup dan jangan terlalu cepat menghabiskan cabai di awal.
- Makan pelan-pelan, jangan sampai terlalu terburu-buru dan akhirnya kaget sendiri dengan level pedasnya.
3. Bawa Keluarga? Aman, Asal Pesan Bijak
Dari pengalaman saya malam itu, anak tidak ikut makan pedas, tapi tetap bisa ikut nongkrong bareng. Tipsnya:
- Pastikan anak sudah makan dulu atau punya opsi makanan lain yang lebih aman.
- Fokuskan oseng mercon untuk Kamu dan pasangan yang memang siap pedas.
- Kalau anak ikut makan di sana, tanya ke karyawan soal lauk yang tidak pedas dan porsinya.
4. Soal Parkir dan Malam Hari
Karena parkir ada di tepi jalan, beberapa hal ini bisa membantu:
- Pilih jam yang tidak terlalu padat lalu lintasnya.
- Ikuti arahan juru parkir kalau ada, supaya kendaraan aman.
- Jangan terlalu lama meninggalkan barang di kendaraan, tetap waspada meski suasana cenderung santai.
Jadi, Oseng Mercon Bu Narti Ini Layak Masuk Wishlist Malam Jogja?
Buat saya pribadi, setelah malam panjang di Jogja dan main dulu di Alun-Alun Kidul, menutup hari dengan seporsi Oseng Mercon Bu Narti Jogja terasa seperti pilihan yang sangat pas. Pedasnya kuat, tapi di balik itu ada rasa gurih yang bikin suapan demi suapan sulit dihentikan.
Waktu tunggu 10–20 menit masih terasa wajar mengingat ramainya pengunjung di jam 20.00–23.00. Parkir di tepi jalan memang butuh sedikit usaha, tapi terbantu dengan adanya pengaturan dari juru parkir. Dari sisi pengalaman, tempat ini menawarkan:
- Pedas yang serius, bukan sekadar label.
- Sensasi kuliner malam yang khas Jogja, ramai tapi hangat.
- Fleksibilitas menu buat Kamu yang datang rombongan, termasuk dengan keluarga.
Kalau harus dirangkum dalam satu kalimat, menurut saya Oseng Mercon Bu Narti itu “Layak” banget Kamu coba — pedas, nagih, dan paling pas dinikmati malam hari. Jadi kalau suatu saat Kamu lagi di Jogja, ngidam pedas setelah jalan-jalan malam, tempat ini pantas banget masuk wishlist kuliner malammu.



