Day 11 di Magelang, matahari sudah naik tinggi ketika saya keluar dari Museum BPK RI. Kepala masih penuh dengan diorama sejarah, tapi perut cuma minta satu: sesuatu yang hangat, ringan, dan aman buat anak. Siang itu jalanan kota tidak terlalu ramai, dan kami memutuskan melipir ke kawasan Cacaban, menuju kuliner Magelang yaitu Sop Senerek Bu Atmo yang sejak lama sering saya dengar namanya.
Begitu masuk gang kecil menuju warung, suasana langsung berubah: deretan motor di tepi jalan, meja panjang penuh keluarga, dan aroma kaldu yang mengepul dari dapur. Anak langsung duduk manis, mungkin ikut tenang oleh wangi bawang goreng dan kaldu yang menguap pelan dari panci besar. Rasanya pas sekali untuk menutup sesi jalan-jalan museum dan membuka babak makan siang yang ramah keluarga.
Di kepala saya sudah terbayang semangkuk sop kacang merah, nasi hangat, dan sayuran hijau segar. Bukan tipe makan siang yang bikin “koma”, tapi cukup mengganjal perut dan tetap nyaman untuk melanjutkan eksplorasi kota setelahnya.
Kenapa Saya Akhirnya Mampir ke Sop Senerek Bu Atmo
Sop senerek bukan sekadar sop biasa buat Magelang. Ini salah satu warisan kuliner yang jejaknya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, berakar dari “snert soup”, sop kacang polong yang kemudian diadaptasi jadi sop kacang merah khas sini.
Nama Bu Atmo sendiri sering muncul ketika orang lokal menyebut “senerek legendaris” di kota ini. Banyak media dan blog kuliner yang menyebut warung ini sudah berdiri sejak era 1960-an dan mulai dikenal luas sekitar tahun 1967. Jadi, buat saya, mampir ke sini bukan cuma soal menikmati semangkuk sop, tapi juga mencicipi sedikit sejarah yang masih hidup.
Alasan lain: kuah kaldu segar. Dari beberapa artikel yang saya baca sebelum berangkat, senerek di sini terkenal dengan kaldu racikan sendiri dan cara masak yang masih tradisional, memakai banyak isian seperti kacang merah, wortel, dan sayuran hijau. Di kepala saya, itu terdengar seperti paket komplet: hangat, ringan, dan cukup nutrisi buat orang dewasa maupun anak.
Lokasinya juga strategis untuk itinerary kota Magelang. Dari Museum BPK RI, kamu tinggal bergerak sedikit ke arah pusat kota. Warungnya memang tidak persis di jalan besar, tapi justru itu yang bikin suasananya terasa lebih “rumah”, bukan restoran formal yang terlampau rapi.
Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur
Pengalaman Makan di Sop Senerek Bu Atmo

Begitu duduk, saya langsung memesan sop senerek porsi biasa, plus tanya apakah bisa dibuat versi ramah anak: lebih sedikit lauk pedas di sekitar, kaldu tetap, sambal dipisah. Pelayan mengangguk santai, mencatat, dan lanjut mengurus antrian yang lumayan mengular, karena memang jam makan siang mulai padat.
Waktu tunggunya sekitar 5–10 menit saja. Cukup bagi saya untuk mengatur tempat duduk, membantu anak memilih posisi yang dekat dinding (biar tenang), dan memperhatikan alur di dapur: piring disusun, nasi ditakar, sayur dan kacang merah dituang, lalu disusul kaldu bening kecokelatan yang mengepul dari panci besar. Semuanya dilakukan cepat, tapi tetap kelihatan rapi dan terbiasa.
Rasa & Tekstur Sop Senerek Bu Atmo
Satu mangkuk sop senerek datang dengan komposisi yang khas:
- Dasar nasi putih hangat
- Kacang merah empuk, tidak hancur tapi mudah dikunyah
- Wortel potong dadu oranye terang
- Daun bayam hijau yang masih terlihat segar, tidak terlalu lembek
- Potongan daging sesuai pilihan (bisa sapi, ayam, atau campur)
Kuahnya bening kecokelatan, tidak terlalu berminyak. Rasa kaldu cukup dalam, gurihnya terasa alami, bukan tipe yang “teriak” MSG. Ada aroma rempah halus yang mengingatkan pada merica, pala, dan bawang putih, tapi tetap ringan di mulut.
Buat kamu yang suka sop yang tidak terlalu berat, senerek ini cocok dimakan saat siang hari, terutama setelah jalan-jalan di bawah matahari Magelang. Kuah hangatnya bikin nyaman, tapi porsi nasi dan sayuran tidak bikin perut jadi terlalu penuh.
Kacang merah jadi bintang utama: lembut, sedikit creamy ketika digigit, berpadu dengan manis alami wortel. Sementara sayur bayam memberi sensasi segar dan ringan. Kalau kamu biasa dengan sop sayur biasa, kehadiran bayam di sop ini akan terasa menarik dan sedikit berbeda.
Untuk anak, versi tanpa sambal dan tanpa tambahan lauk pedas terasa aman. Saya hanya memastikan kuahnya tidak terlalu panas dan membiarkan mereka memilih lebih banyak kacang merah dan wortel dibandingkan daging.
Lihat Lokasi : Google Maps
Informasi Untuk Datang ke Sop Senerek Bu Atmo
Bagian ini penting kalau kamu tipe yang suka merencanakan kuliner dengan rapih.
Jam Ramai & Waktu Terbaik Datang
- Enak dimakan saat: siang, terutama setelah jalan-jalan atau aktivitas outdoor
- Jam ramai: sekitar 12.00–14.00; kursi mulai padat, antrian mengular, tapi alurnya cukup cepat
- Kalau mau suasana lebih santai, kamu bisa datang sedikit sebelum jam makan siang atau menjelang sore, selama masih dalam jam buka warung.
Dari berbagai liputan, jam operasional warung ini umumnya pagi hingga sore hari (sekitar 07.30–15.00).
Parkir & Akses
- Parkir motor/mobil: di tepi jalan sekitar warung. Untuk mobil perlu sedikit sabar mencari posisi yang tidak mengganggu lalu lintas.
- Jalannya memang tidak terlalu lebar, tapi masih memungkinkan untuk mobil keluarga. Kalau datang rombongan besar, lebih enak koordinasi turun-naik penumpang dulu, baru sopir cari tempat parkir.
Umur Warung & Nuansa Legendaris
Meski di data pribadi saya statusnya “berdiri sejak: 1960”, berbagai tulisan kuliner menyebut Sop Senerek Bu Atmo sudah ada sejak sekitar 1960-an dan dikenal luas mulai tahun 1967-an. Itu berarti kita sedang makan di tempat yang sudah melewati banyak generasi pelanggan.
Nuansa itu kerasa dari:
- Tata ruang warung yang sederhana, tanpa dekor berlebihan
- Dapur terbuka dengan panci besar kaldu
- Sapaan pelayan yang terasa seperti rumah makan langganan lama, bukan tempat yang baru saja viral kemarin sore
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Sop Senerek Bu Atmo
Saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu karyawan saat antrean sedikit longgar. Dari obrolan singkat itu, kira-kira rangkumannya begini:
- Isi favorit pelanggan
Banyak yang memesan sop senerek Bu Atmo dengan kacang merah melimpah, wortel, bayam, dan daging sapi atau campur. Ada juga yang suka menambah lauk lain di piring terpisah seperti gorengan atau sate. - Porsi untuk anak
Mereka biasa menyarankan porsi sop senerek Bu Atmo satu mangkuk untuk sharing antara anak dan orang tua jika anak belum makan banyak. Bisa juga minta nasi dan kuah agak dikurangi supaya tidak mubazir. - Bisa tanpa pedas?
Tentu bisa. Sambal dan elemen pedas lain biasanya terpisah, jadi kamu bisa dengan mudah meminta tanpa sambal, atau meletakkan sambal di piring orang dewasa saja. Ini yang membuatnya cukup ramah untuk keluarga dengan anak kecil. - Tambahan roti/kerupuk?
Secara tradisi lokal, sop senerek Bu Atmo di sini biasanya dinikmati dengan nasi dan kerupuk. Kalau kamu ingin sensasi lebih ringan, bisa saja makan tanpa nasi atau hanya minta sedikit nasi dan fokus ke kuah plus kacang merahnya.
Obrolan singkat seperti ini membantu saya menilai seberapa fleksibel warung terhadap kebutuhan keluarga, dan Bu Atmo termasuk tipe warung yang tidak ribet ketika kita punya preferensi tertentu.
Di Magelang, satu nama lain yang sering muncul untuk sop senerek adalah Senerek Pak Parto. Keduanya sama-sama terkenal, dan malah sering disarankan dalam satu napas kalau kamu bertanya ke orang lokal.
Tanpa menjatuhkan siapa pun, kira-kira perbedaannya bisa digambarkan begini:
- Suasana
- Bu Atmo: berasa lebih “rumah makan legendaris” yang ramai, dengan nuansa warung lama yang hangat.
- Pak Parto: suasananya juga sederhana, tapi lokasinya berbeda area, dekat sub terminal, dengan karakter pengunjung yang mungkin sedikit lebih beragam.
- Kesan kuah dan isian
- Di Bu Atmo, kuah terasa kaldu banget tapi tetap ringan, dengan kacang merah dan sayur yang menonjol.
- Di Pak Parto, karakter kuah dan lauk bisa terasa berbeda sesuai selera orang; sebagian orang lebih suka gaya Bu Atmo, sebagian lagi merasa Pak Parto lebih cocok dengan lidah mereka.
- Rekomendasi buat wisatawan
Kalau kamu baru pertama kali mencoba sop senerek, menurut saya Bu Atmo adalah titik start yang aman: sudah lama, mudah direkomendasikan, dan cukup ramah keluarga. Nanti kalau ada waktu lagi di Magelang, baru kamu bisa bandingkan dengan warung senerek lain termasuk Pak Parto.
Baca Juga : Sarapan Kupat Tahu Pojok Magelang: Pagi Lembut dengan Bumbu Kacang Halus
Tips Kunjungan ke Sop Senerek Bu Atmo
Supaya pengalamanmu sejalan dengan harapan, beberapa tips ini bisa kamu pertimbangkan:
1. Atur Waktu Datang
- Kalau ingin suasana lebih tenang, datanglah sedikit sebelum jam 12.00 atau setelah lewat jam makan siang, selama warung masih buka.
- Di puncak jam 12.00–14.00, kamu akan merasakan suasana paling hidup: ramai, kursi penuh, tapi justru di situ serunya warung legendaris.
2. Strategi Pesan untuk Keluarga
- Untuk keluarga dengan anak, bisa pesan:
- 1–2 mangkuk sop senerek untuk sharing
- Sambal dipisah
- Tambahan kerupuk atau lauk ringan sebagai “negosiasi” untuk anak yang susah makan
- Kalau kamu tipe yang cepat kenyang, minta nasi tidak terlalu banyak, dan nikmati lebih banyak sayur dan kacang merah.
3. Hindari Ribet Soal Parkir
- Kalau bawa mobil, siapkan skenario “turun dulu – parkir belakangan”. Biarkan penumpang turun dekat warung, baru setelah itu sopir cari posisi aman di tepi jalan.
- Untuk motor jauh lebih fleksibel, tapi tetap pastikan tidak menghalangi keluar-masuk pelanggan lain.
4. Nikmati Kuahnya Pelan-Pelan
- Senerek ini bukan makanan “sekali hap”. Justru enaknya diminum pelan-pelan, sambil mengunyah kacang merah dan merasakan kaldu yang lembut di tenggorokan.
- Kalau suka pedas, tambahkan sambal sedikit demi sedikit. Kuah kaldu yang halus sering kali justru makin naik rasanya kalau bertemu rasa pedas yang terkontrol.
Jadi Wajib Nggak Nih Mampir ke Sop Senerek Bu Atmo?
Buat saya pribadi, setelah siang itu, Sop Senerek Bu Atmo Magelang masuk kategori “wajib dicoba” setidaknya sekali kalau kamu main ke kota ini, terutama kalau:
- Kamu suka kaldu yang segar, bukan tipe sop yang berat dan penuh minyak.
- Kamu cari makan siang yang ringan tapi tetap mengenyangkan, dengan kacang merah, sayur, dan daging yang seimbang.
- Kamu datang bersama keluarga atau anak, dan butuh menu yang ramah, mudah diatur tingkat pedasnya, dan suasananya tidak kaku.
Bukan kuliner yang mengandalkan plating mewah atau ruang instagramable berlebihan, tapi justru di situ letak daya tariknya. Sop senerek Bu Atmo di sini terasa jujur: semangkuk sop hangat, resep lama, dan warung yang tetap berdiri di tengah perubahan kota.
Kalau suatu hari kamu menyusun itinerary Magelang—entah setelah museum, setelah keliling alun-alun, atau sebelum naik ke Candi Borobudur—selipkan satu slot makan siang di Sop Senerek Bu Atmo. Tidak heboh, tapi hangat. Dan kadang, itu saja sudah cukup untuk membuat kita ingin kembali.




Pingback: Es Jadul Es Murni Magelang, Sore Segar di Jl. Pemuda 2025 - Local x Food