Cerita Rasa yang “Jujur”
Ada tiga hal yang saya garis bawahi dari pengalaman di kuliner di Sate Kere Yu Rebi. Pertama, keterbukaan pilihan tusuk—memberi ruang bereksperimen rasa, terutama buat yang penasaran jeroan namun ingin tetap punya “jalur aman.” Kedua, bumbu kacang yang kental, tidak berisik manisnya; ini penting karena membantu karakter bakaran arang tetap muncul. Ketiga, tempo pelayanan yang terasa wajar untuk skala warung bakaran: tidak cepat berlebihan, tidak pula membuat lelah menunggu.
Dari sisi keseluruhan, kamu akan dapat paket pengalaman yang merakyat: duduk sederhana, asap arang, piring yang cepat berganti, dan rasa yang hangat. Itulah daya tarik Sate Kere—bukan tentang mewah, tetapi tentang jujur: bahan yang apa adanya, teknik bakar yang telaten, dan bumbu yang tahu diri.
Day 2 – Solo – Malam habis taman bermain Sriwedari. Lampu-lampu mulai redup, anak saya menunjuk deretan arang menyala, “Ma, mau sate!” Saya juga penasaran mencicipi yang khas-khas Solo, jadi kami melipir ke Sate Kere Yu Rebi—warung legendaris di area Sriwedari. Kursi-kursi sederhana, asap wangi, dan piring saji bergerak cepat: suasana yang pas untuk makan santai sekeluarga.

Kenapa Saya Datang di Sate Kere Sriwedari?
Saya datang dengan ekspektasi sederhana: cari sate yang ramah di lidah (dan dompet), plus bumbu kacang khas yang sering dibilang “kuncinya Sate Kere.” Sate Kere Yu Rebi memang sering direkomendasikan kalau kamu ingin merasakan sisi merakyatnya kuliner Solo: pilihan tusukannya variatif, bisa disesuaikan selera, dan—ini penting—aneka isian “kere” yang bikin pengalaman makan jadi unik. Di sekitar Sriwedari yang ramai hiburan keluarga, keberadaan sate seperti ini terasa pas: cepat, hangat, dan mengenyangkan tanpa perlu ribet.
Baca Juga: Kuliner Magelang
Pengalaman Makan Sate Kere Solo Keluarga : Dari Arang ke Piring
Saya memesan campur: sate tempe gembus, jeroan, lemak, plus beberapa tusuk daging biar anak senang. Begitu dibakar, aroma asapnya langsung naik; ada sentuhan manis gurih khas Solo yang akrab. Bumbu kacangnya kental, lembut, dan tidak terlalu manis—cukup memberi lapis rasa, bukan menenggelamkan.
Rasa & Tekstur:
- Tempe gembus terasa spongy dengan pori besar; menyerap bumbu dan olesan kecap dengan baik.
- Jeroan (seperti paru/ati) punya tekstur beragam: ada yang empuk, ada yang agak kenyal; di sinilah serunya Sate Kere—setiap tusuk menyuguhkan karakter berbeda.
- Lemak memberikan sensasi juicy, ada aftertaste smoky yang nikmat saat masih hangat.
- Daging disiapkan untuk keseimbangan, jadi anak tetap punya pilihan yang “aman” di tengah eksplorasi tusuk-tusuk “kere.”
Alur Pesan–Tunggu–Saji:
- Saya pesan, memilih tusuk, lalu duduk sambil menunggu 10–20 menit (sesuai antrean dan bakaran).
- Prosesnya sederhana: tusuk ditata, dioles, balik—balik, hingga arang memberi warna kecokelatan yang menggoda.
- Disajikan dengan bumbu kacang khas dan kecap. Kalau mau pedas, bisa minta potongan rawit—saya suka beberapa rawit digerus ringan agar pedasnya lebih rata.
Kapan enaknya? Sore–malam. Udara yang mulai sejuk membuat asap arang terasa nyaman, dan makan hangat terasa lebih “nempel.” Untuk keluarga, pola makan seperti ini cocok: orang tua bisa eksplor tusuk-tusuk unik; anak tinggal pilih tusuk yang familiar.
Baca Juga : Nasi Liwet Solo Bu Wongso Lemu Keprabon: Seporsi Gurih Hangat untuk Malam Santai di Solo 2025
Informasi Praktis Kunjungan Kuliner Solo

- Jam ramai: 18.00–21.00 (puncak antrean biasanya selepas magrib hingga malam).
- Parkir motor/mobil: Tepi jalan. Datang sedikit lebih awal agar dapat spot lebih mudah.
- Sudah berdiri sejak: — (informasi tahun pendirian tidak dipasang jelas di lokasi; saya memilih menyebutnya apa adanya).
- Waktu menunggu pesanan: 10–20 menit (tergantung jumlah pesanan dan kepadatan antrean).
- Durasi saya di lokasi: 30–40 menit (sudah termasuk menunggu dan makan santai).
Ngobrol Singkat Sate Kere dengan Karyawan
- Bahan sate kere apa saja? Mayoritas tempe gembus, jeroan, dan beberapa bagian lemak—dengan opsi tusuk daging untuk yang ingin rasa lebih “ringan.”
- Pedas bisa diatur? Bisa. Umumnya lewat potongan rawit atau sambal. Minta saja tingkat pedas yang kamu mau.
- Porsi campur ada? Ada. Tinggal sebutkan kombinasi tusuk yang kamu inginkan, mereka bantu atur.
- Antrean padat jam berapa? Biasanya mulai ramai sekitar 18.00 dan memuncak hingga ±21.00.
Lihat Lokasi: google maps
Komparasi Ringkas Sate Kere
Di area Sriwedari, ada beberapa penjual Sate Kere lain. Secara garis besar, gaya bumbu dan tipe tusuk mirip-mirip, namun Sate Kere Yu Rebi terasa stabil di keluwesan rasa bumbu kacang (tidak terlalu manis) dan manajemen antrean yang relatif tertib. Beberapa tetangga kadang menawarkan potongan jeroan yang berbeda atau potongan lebih besar; kembali lagi ke preferensi kamu. Kalau kamu suka bumbu lebih “nendang” atau potongan lebih bold, silakan icip juga yang lain untuk pembanding. Di sini saya tidak membandingkan untuk menjatuhkan, sekadar memberi referensi agar kamu bisa menemukan “titik nyaman” versi kamu.
Tips Kunjungan (Supaya Makin Lancar)
- Datang di luar jam puncak. Jika memungkinkan, datang sebelum 18.30 atau setelah 20.30 agar antrean lebih santai.
- Strategi pesan campur. Mulai dari 2–3 tusuk “aman” (daging/tempe), lalu tambah 2–3 tusuk jelajah (jeroan/lemak). Ini cara enak buat pemula.
- Atur pedas selera. Kalau bawa anak, pisahkan bumbu. Orang tua bisa tambah rawit sesuka hati.
- Siapkan uang pas. Dengan konsep warung jalanan, transaksi biasanya lebih cepat dan rapi kalau kamu siapkan uang secukupnya.
- Perhatikan kenyamanan keluarga. Pilih tempat duduk yang tidak terlalu dekat asap, terutama kalau membawa anak kecil.
- Simpan ruang buat bumbu. Minta bumbu kacang disajikan terpisah bila ingin mengatur kadar gurih–manis sendiri.
- Jangan buru-buru. Makan sate terbaik saat masih hangat; beri waktu 1–2 menit “menguap” setelah dihidang agar bumbu lebih meresap dan mulut tidak kepanasan.
Cerita Rasa yang “Jujur”
Ada tiga hal yang saya garis bawahi dari pengalaman kuliner di Sate Kere Yu Rebi. Pertama, keterbukaan pilihan tusuk—memberi ruang bereksperimen rasa, terutama buat yang penasaran jeroan namun ingin tetap punya “jalur aman.” Kedua, bumbu kacang yang kental, tidak berisik manisnya; ini penting karena membantu karakter bakaran arang tetap muncul. Ketiga, tempo pelayanan yang terasa wajar untuk skala warung bakaran: tidak cepat berlebihan, tidak pula membuat lelah menunggu.
Dari sisi keseluruhan, kamu akan dapat paket pengalaman yang merakyat: duduk sederhana, asap arang, piring yang cepat berganti, dan rasa yang hangat. Itulah daya tarik Sate Kere Yu Rebi—bukan tentang mewah, tetapi tentang jujur: bahan yang apa adanya, teknik bakar yang telaten, dan bumbu yang tahu diri.
Catatan untuk Keluarga & Anak

Kalau membawa anak, pilih tusuk daging/tempe lebih dulu. Minta bumbu dipisah, lalu cicipkan sedikit demi sedikit. Minuman? Air mineral hangat sering jadi penolong ketika anak tiba-tiba merasa bumbu terlalu “ramai.” Untuk orang tua, jeroan dan lemak bisa jadi wilayah bermain rasa yang menyenangkan: bagi dua satu tusuk sebagai “tester” sebelum menambah.
Harga & Nilai (Tanpa Angka, Tetap Relevan)
Saya sengaja tidak menyebut angka karena bisa berubah. Namun, dari pengalaman, nilai yang kamu dapat sepadan: pilihan aneka tusuk, bumbu yang bersahabat, dan suasana lokal yang sulit dicari padanannya di restoran modern. Istilahnya, kamu membeli momen sama besarnya dengan rasa.
Jadi Wajib Nggak Nih?
Layak—terutama kalau kamu mencari pengalaman makan malam santai selepas bermain di Sriwedari. Tiga klue kunci dari saya: unik, murah, ngangenin. Unik karena isian “kere” tidak kamu temui tiap hari; murah karena konsepnya memang akrab di kantong; ngangenin karena perpaduan asap arang dan bumbu kacang yang bikin ingin balik lagi.
Kalau kamu ingin memahami Solo lewat piring sederhana, Sate Kere Yu Rebi adalah salah satu pintu masuknya.

