tengkleng solo
Tengkleng enak solo

Tengkleng Bu Edi Pasar Klewer: Kuah Rempah yang Nendang untuk Makan Siang di Solo, Wajib Coba 2025!

tengkleng bu edi
tengkleng pasar klewer

Saya datang ke Tengkleng Bu Edi setelah setengah hari jalan kaki menyusuri Keraton Surakarta dan lorong-lorong Pasar Klewer. Mata sudah kenyang lihat batik, tapi perut benar-benar minta diisi. Kami memilih kembali ke area pasar untuk makan siang—anak ikut share porsi biar tetap nyaman. Dari kejauhan, uap panas dan aroma rempah yang menguar seperti memberi aba-aba: “Sudah jamnya tengkleng.”


Kenapa Saya Datang: Mencari “Peluk Hangat” dari Kuah Rempah

Di Solo, pilihan makan siang memang berlimpah. Tapi saya datang dengan ekspektasi jelas: mencari kuah rempah yang hangat, dalam, dan “nendang” setelah jalan jauh. Tengkleng Bu Edi di Pasar Klewer sering disebut-sebut karena kuahnya yang mantap, bukan sekadar gurih tipis. Lokasinya di pusat keramaian, mudah disambangi setelah belanja batik—jadi kamu tidak perlu mengubah rute. Untuk wisatawan keluarga, ini praktis: makan enak, dekat spot ikonik, dan bisa lanjut aktivitas tanpa detour panjang.


Pengalaman Makan: Hangat, Wangi, dan Bikin Tenang

Begitu duduk, saya mengamati alur yang rapi: pesan di depan, catat bagian, lalu menunggu 15–25 menit (sesuai ramainya siang itu). Siang memang waktu ideal untuk tengkleng—panasnya pas, mengembalikan tenaga. Saat mangkuk datang, aromanya langsung “menyapa”: wangi rempah menonjol—ada kesan sereh dan lada yang bersahabat, bukan pedas menyengat.

Rasa & Tekstur:

  • Kuah: Kentalnya tidak berlebihan, tetapi berisi. Ada lapis rasa yang pelan menguat—awal gurih, lalu rempah mencuat, dan di akhir ada aftertaste hangat yang bertahan beberapa menit. Ini tipe kuah yang bikin kamu ingin sendok demi sendok tanpa berhenti.
  • Daging & Tulang: Tengkleng identik dengan tulang bertemu sisa daging, urat, dan lemak tipis. Di sini, tekstur masih punya gigitan kecil—tidak benyek—jadi nyaman dikunyah. Dagingnya tidak alot; kamu bisa menyisir bagian-bagian kecil sambil menikmati kuah.
  • Pedas: Bisa diatur. Saya pilih medium; pedasnya hadir sopan, tidak menutupi karakter rempah.
  • Nasi: Disajikan hangat. Kalau kamu suka “banjir kuah”, minta ekstra kuah dari awal biar ritmenya enak.

Alur saji singkat:
Pesan → tunggu ±15–25 menit → pesanan datang satu per satu → tambahkan sambal sesuai selera → santap. Untuk keluarga dengan anak, pola ini aman: anak bisa mulai cicip bagian daging empuk, orang tua main di kuah yang lebih asyik dengan sambal.

Saya menghabiskan waktu 40–60 menit di lokasi—cukup untuk makan santai, minum, dan menenangkan kaki setelah keliling.


Informasi Praktis (Biar Kamu Datang Tepat)

  • Enak dimakan saat: siang (kuahnya paling “bertemu” selera setelah aktivitas)
  • Jam ramai: 12.00–14.00 (usahakan datang sedikit lebih awal atau agak lewat untuk mengurangi antre)
  • Parkir motor/mobil: tepi jalan (perhatikan arus kendaraan dan lokasi keluar–masuk pasar)
  • Sudah berdiri sejak: (saya tidak mendapat angka pastinya; informasi di lapangan tidak terpampang jelas)

Ngobrol Singkat dengan Karyawan (4 Hal Penting)

  • Level pedas bisa atur? Bisa. Sampaikan dari awal—mild, medium, atau pedas mantap.
  • Bagian favorit pengunjung? Campur: tulang iga, sandung lamur, dan sedikit lemak tipis untuk rasa lebih legit.
  • Stok cepat habis jam berapa? Umumnya menjelang jam 14.00 saat keramaian puncak siang.
  • Tips parkir? Datang sebelum jam makan siang atau setelah puncak—lebih lega, terutama untuk mobil.

Komparasi Ringkas: Dengan Tengkleng Klewer Lainnya

kuliner solo
tengkleng khas solo

Di koridor Pasar Klewer, tiap penjual punya karakter. Versi Bu Edi menonjol di kuah rempah yang tegas tapi tetap seimbang—tidak sekadar pedas, namun hangat dan bertahap. Beberapa tempat lain mungkin condong ke rasa yang lebih ringan atau lebih pedas langsung di awal. Kalau kamu tipe pencari kuah yang “bercerita” dari menyeruput pertama sampai akhir, versi Bu Edi ini cocok. Kalau kamu lebih suka pedas yang langsung meledak, mungkin di kios lain kamu akan mendapat sensasi lebih ekstrem. Intinya, gaya Bu Edi adalah rempah tertata.


Tips Kunjungan: Biar Makan Siang Makin Lancar

  1. Waktu terbaik datang: mendekati pukul 11.30 atau lewat pukul 14.00 untuk hindari puncak antre.
  2. Strategi pesan: sebutkan bagian favorit dari awal (tulang iga/bercampur) dan level pedas sekaligus.
  3. Bawa anak? Aman. Minta kuah lebih mild dan bagian daging empuk. Anak bisa share porsi—hemat, tetap kenyang.
  4. Kuah cadangan: kalau kamu tim “nasi banjir”, bilang dari awal minta tambah kuah—ritme makan lebih nyaman.
  5. Parkir: siapkan uang pas untuk parkir tepi jalan, ambil slot yang tidak mengganggu arus pasar.
  6. Durasi makan: sediakan 40–60 menit termasuk waktu menunggu—cukup untuk makan tanpa terburu-buru.
  7. Selepas belanja: simpan belanjaan di satu tas besar agar mudah bergerak di koridor pasar yang padat.

Rasa yang Terekam: Catatan Kecil untuk Kamu

  • Rempahnya “nyetel”: bukan hanya gurih, tapi ada lapis-lapis hangat yang muncul perlahan.
  • Tekstur tulang–daging: masih punya gigitan; bikin pengalaman menyisir daging kecil-kecil jadi bagian dari keseruan.
  • Aftertaste: hangat di tenggorokan, tidak bikin seret—justru bikin kamu ingin seruput lagi.
  • Porsi shareable: untuk keluarga atau rombongan, satu–dua mangkuk plus nasi sudah seru jika ingin icip-icip sambil hemat ruang perut.
    Baca Juga: Kuliner Magelang

Tanya–Jawab Cepat (Biar Nggak Bingung di Tempat)

Q: Bisa minta tidak terlalu pedas?
A: Bisa. Sampaikan dari awal—mereka terbiasa menyesuaikan.

Q: Bagian yang pas untuk pemula?
A: Campur—ada daging empuk, sedikit lemak, biar kaya rasa tapi tetap nyaman.

Q: Kalau datang jam 1 siang masih aman?
A: Masih bisa, tapi stok tertentu bisa menipis. Datang lebih awal itu selalu keuntungan.

Q: Perlu reservasi?
A: Tidak. Tetap siapkan waktu tunggu ±15–25 menit saat jam ramai.


Mau Bawa Pulang atau Makan di Tempat?

Kalau kamu ingin merasakan aroma dan suhu kuah yang paling optimal, saya sarankan makan di tempat. Uap panasnya membawa wangi rempah yang terasa “hidup”. Namun, jika waktu mepet, bungkus juga oke—minta kuah dipisah supaya tidak “masuk” terlalu lama ke nasi.

Menu Pendamping Biar Makin Mantap

Tidak perlu rumit: nasi hangat dan sambal secukupnya sudah cukup. Kalau ingin tekstur berbeda, bawa kerupuk sendiri (jika kebetulan punya) bisa jadi tambahan seru.

Budget & Porsi

Harga bisa berubah seiring waktu, jadi fokus saya pada porsi dan kepuasan makan: satu mangkuk untuk share berdua (dewasa + anak) itu realistis, apalagi jika setelahnya kamu masih ingin eksplor jajanan pasar.


Ritme Makan yang Enak—Biar Nggak Kehilangan Momen

  • Awali dengan seruput kuah tanpa sambal untuk “mengenali” rempah.
  • Tambah sambal dikit-dikit; cari titik enakmu, jangan langsung over.
  • Selingi dengan suap nasi hangat agar rasa kuah tidak “lari” terlalu cepat.
  • Akhiri dengan seruput kuah lagi—biar aftertaste hangatnya menutup dengan rapi.
    Baca Juga: Serabi Notosuman Solo: Camilan Tipis Lembut yang Selalu Bikin Kangen

Buat yang Suka Foto-Foto

Cahaya siang di area pasar cukup terang. Ambil angle mangkuk dari samping untuk menangkap tekstur tulang–daging, lalu close-up kuah yang mengkilap. Foto cepat sebelum uapnya hilang!


Kalau Habis Belanja di Pasar Klewer, Ini Alurnya

  1. Selesai belanja batik → rapikan barang di satu tas besar.
  2. Menuju kios → lihat antrean dan cari tempat duduk.
  3. Pesan dan sebut preferensi (bagian & pedas) → tinggal menunggu.
  4. Makan santai 40–60 menit → lanjutkan agenda (misal ke spot wisata terdekat).

Jadi Wajib Nggak Nih?

Wajib. Tiga klue yang bikin saya merekomendasikan: rempah, hangat, nendang. Tengkleng Bu Edi adalah tipe kuliner yang terasa “menemani”—memberi energi setelah keliling kota, menjaga ritme siang, dan meninggalkan jejak rasa yang ramah di tenggorokan. Datang sedikit sebelum jam makan siang, atur level pedas, dan nikmati kuahnya pelan-pelan. Selamat makan siang di Solo!
Lihat Lokasi: Google Maps

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply