Day 1 Solo – Sore Setelah Berkunjung ke Museum Batik Danar Hadi
Sore itu, setelah selesai melihat koleksi cantik di Museum Batik Danar Hadi, Saya mengajak keluarga mencari camilan manis—bukan makan berat. Anak minta sesuatu yang mudah digigit dan tidak bikin enek. Pilihan paling aman? Serabi Notosuman, ikon camilan Solo yang tipis-lembut dan aroma wangi begitu kemasan dibuka. Di pikiran saya: “Camilan manis ringan, pas untuk sore.”
Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur

Kenapa Saya Datang
Serabi Notosuman itu legenda. Di Solo, namanya sudah seperti “bahasa sehari-hari” saat bicara camilan manis. Dari pengalaman saya, alasannya sederhana tapi kuat: varian original & cokelat yang konsisten enaknya dan cocok untuk keluarga. Original itu klasik, wangi gurih-manis yang ringan. Cokelat jadi “rasa aman” untuk anak—tidak terlalu pekat, tapi cukup bikin senyum.
Lokasinya strategis untuk jalur kuliner sore setelah jalan-jalan di pusat kota. Kamu bisa mampir sebentar, ambil beberapa bungkus, lalu lanjut eksplor. Buat wisatawan yang waktunya padat, serabi ini praktis: dimakan hangat di tempat atau dibawa pulang.
Pengalaman Makan: Rasa, Tekstur, dan Alur Pesan
Begitu sampai, saya langsung lihat ritme yang rapi: pesanan, menunggu, ambil. Waktu menunggu saya hari itu sekitar 5–10 menit—masuk akal karena memang jam sore, dan ada beberapa orang yang memesan untuk dibawa pulang.
Rasa Original: Klasik yang Bikin Tenang
Gigitan pertama menegaskan kenapa rasa original disebut “pakem”. Serabinya tipis, lembut, dan sedikit kenyal di tengah, dengan tepi yang cenderung halus. Manisnya tidak menusuk; ada gurih yang seimbang. Aftertaste-nya ringan, sehingga satu potong terasa seperti “pemanasan”—susah berhenti di satu. Kalau kamu sedang mencari camilan bukan makan berat, rasa ini tidak akan memberatkan.
Rasa Cokelat: Ramah Anak Tanpa Berlebihan
Untuk anak, varian cokelat ini aman. Tidak pahit, tidak terlalu pekat, dan tidak menyisakan rasa enek. Oles cokelatnya tipis-merata; ketika dimakan hangat, tekstur serabi tetap terjaga. Ini yang saya suka: cokelatnya menambah keseruan, tapi tidak menutupi karakter serabi.
Alur Pesan–Tunggu–Saji
Saran saya, datang sekitar jam 15.00–16.00. Ini masih dalam rentang ramai 15.00–18.00, tapi antrian biasanya belum terlalu padat. Ambil antrean, sebut varian dan jumlahnya, lalu tunggu sebentar. Staf biasanya cekatan, jadi arus pembeli bergerak terus. Untuk dimakan langsung, pilih yang masih hangat. Untuk dibawa, mereka menata kemasan rapi sehingga mudah dibagi-bagi ke keluarga atau teman.
Catatan kecil: Serabi ini paling “berkilau” dinikmati sore hari ketika kamu butuh gula yang ringan. Disandingkan teh tawar hangat juga enak, membantu menjaga rasa tetap bersih.
Informasi Praktis (Wajib Kamu Tahu)
- Enak dimakan saat: Sore—rasanya ringan, cocok jeda manis setelah jalan-jalan.
- Jam ramai: 15.00–18.00 (arus pembeli stabil; siap antre singkat).
- Parkir motor/mobil: Tepi jalan (datang lebih awal memudahkan).
- Sudah berdiri sejak: ±1920-an (status legenda kuliner Solo).
- Waktu menunggu pesanan: 5–10 menit (tergantung ramai).
- Durasi saya di lokasi: 20–30 menit (pesan, menunggu, makan sebentar).
- Lokasi : google maps
Ngobrol Singkat dengan Karyawan
Saya sempat tanya beberapa hal yang sering ditanya pembeli. Ringkasannya:
- Rasa paling laris: “Original masih juara, Mbak; cokelat nomor dua.”
- Tahan berapa lama: “Paling enak di hari yang sama. Simpan suhu ruang baiknya segera disantap; kalau mau bawa jauh, usahakan kemasan rapat.”
- Bisa tanpa santan? “Resepnya sudah pakem seperti ini; tanpa santan belum tersedia.”
- Pemesanan banyak bagaimana? “Bisa pre-order sehari sebelumnya, sebut jumlah & jam ambil biar kami siapkan.”
Insight: Kalau kamu mau bawa pulang agak jauh, prioritaskan original—lebih stabil rasanya jika dimakan tidak langsung.
Serabi Notosuman vs Serabi Ny. Lidia
Solo punya beberapa serabi tenar, salah satunya Serabi Ny. Lidia. Menurut saya:
- Serabi Notosuman unggul di konsistensi rasa tipis-lembut dan kemudahan dijadikan oleh-oleh singkat. Original & cokelatnya terasa “ramah keluarga”.
- Serabi Ny. Lidia punya gaya beda pada beberapa varian, menarik kalau kamu ingin eksplorasi rasa.
- Keduanya sama-sama merepresentasikan jajanan khas Solo; pilih sesuai selera: mau yang pakem-legendaris, atau mencoba gaya varian lain.
Lihat Lokasi : google maps
Kesimpulan komparatif: Tidak perlu membandingkan untuk menjatuhkan; justru asyik mencicipi keduanya agar kamu dapat “peta rasa” serabi Solo.
Tips Kunjungan (Biar Pengalamanmu Mulus)
- Datang lebih awal di jam ramai (sekitar 15.00–16.00) untuk antre lebih singkat.
- Strategi pesan: kombinasikan original untuk semua anggota keluarga, tambahkan cokelat untuk anak atau penyuka manis. Rasio saya: 60% original, 40% cokelat.
- Makan di tempat untuk tekstur terbaik. Kalau dibawa, buka kemasan sesaat sebelum makan agar aromanya keluar.
- Parkir tepi jalan: kalau bawa mobil, siapkan sopir menunggu atau pilih jam lebih lengang.
- Beli banyak? Pre-order saja. Cantumkan jumlah dan jam ambil agar prosesnya lancar.
- Bawa pulang: prioritaskan konsumsi di hari yang sama. Simpan di tempat sejuk, hindari panas langsung.
- Untuk keluarga dengan anak: pilih cokelat sebagai “pancingan”, lalu kenalkan original supaya anak terbiasa dengan rasa klasik serabi Solo.
- Minuman pendamping: teh tawar hangat atau air mineral. Ini menjaga manis-gurihnya tetap seimbang.
Apa yang Kamu Rasakan Saat Menggigit?
Serabi Notosuman memberi kelegaan di gigitan pertama: tidak berat, tidak terlalu manis, dan tekstur lembut yang bikin kamu nyaman mengunyah. Bagian tengah yang sedikit kenyal memberi ritme, sedangkan bagian permukaan terasa halus. Untuk aftertaste, kesan gurih-manisnya pelan menghilang, membuatmu ingin mengambil satu lagi tanpa rasa bersalah.
Varian cokelat menambah sensasi tanpa menguasai rasa serabi—ini penting agar karakter klasiknya tidak hilang. Hasilnya, kamu dapat manis yang terkontrol, cocok untuk “reward kecil” setelah seharian keliling kota.
Baca Juga : Nasi Liwet Solo Bu Wongso Lemu Keprabon: Seporsi Gurih Hangat untuk Malam Santai di Solo 2025
Nilai untuk Wisatawan: Singkat, Tepat, Lengkap
Sebagai wisatawan, kamu butuh camilan praktis yang bisa disisipkan di itinerary tanpa mengganggu agenda utama. Dengan waktu tunggu 5–10 menit dan durasi kunjungan 20–30 menit, Serabi Notosuman adalah perhentian efektif.
Kamu dapat menyusun rute: Museum Batik Danar Hadi → Serabi Notosuman (camilan sore) → lanjut ke alun-alun atau kafe. Bagi yang membawa anak, ini jeda manis yang tidak bikin kekenyangan sebelum makan malam.
Budget & Porsi: Beli Seperlunya, Tambah Kalau Suka
Serabi itu “makanan keputusan cepat”: cicip satu, kalau cocok, tambah. Saya sarankan mulai dari paket campur original–cokelat. Ini membantu kamu menemukan favorit tanpa boros. Untuk dibagi dengan keluarga, 2–3 bungkus biasanya pas untuk jeda sore.
Etika Sederhana Saat Ramai
Saat antre sore, pembeli datang silih berganti. Untuk menjaga kenyamanan bersama:
- Tentukan varian & jumlah sejak awal.
- Siapkan uang pas atau pembayaran non-tunai (kalau tersedia).
- Ambil pesanan dan geser agar antrean berikutnya cepat jalan.
Hal kecil begini membuat suasana tetap ramah—sesuai karakter Solo yang santun.
Rangkuman Kelebihan & Catatan
Kelebihan utama:
- Rasa konsisten: original & cokelat aman untuk semua selera.
- Tekstur tipis-lembut: ringan, tidak bikin enek.
- Waktu kunjung efisien: cocok disisipkan di itinerary sore.
Catatan:
- Jam ramai 15.00–18.00, antre wajar.
- Parkir tepi jalan—atur waktu atau siapkan sopir menunggu.
- Paling enak hari yang sama—rencanakan jumlah agar tidak sisa.
Jadi Wajib nggak Nih?
Layak—tiga kata kunci saya: legit, lembut, klasik.
Kalau kamu singgah di Solo dan mencari camilan manis bukan makan berat, Serabi Notosuman memang sulit dilewatkan. Rasa original-nya menjaga tradisi, cokelatnya memanjakan anak, dan proses belinya cepat. Bukan sekadar ikut tren, tapi mengulang kebiasaan baik: berhenti sejenak, menikmati yang sederhana, lalu melanjutkan perjalanan dengan hati ringan.

