Saya dan Kamu sepakat: liburan ke Lamongan kurang lengkap tanpa semangkuk soto lamongan. Di kota asalnya, sensasi kuliner lamongan terasa berbeda—koya yang wangi, kuah yang ringan tapi berbumbu, sampai suwiran ayam yang lembut. Pagi itu kami berangkat lebih awal, menjejak gang-gang kota, mencari mangkok pertama yang mengepul. Rencana sederhana: mencoba lima tempat favorit yang banyak dibicarakan warga lokal—lalu pulang dengan perut hangat, hati puas, dan rekomendasi yang bisa Kamu pakai kapan pun.
Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur

5 Tempat Favorit Soto Lamongan
Di bawah ini adalah lima lokasi yang konsisten dipuji karena rasa, kerapian layanan, dan suasana. Masing-masing punya ciri khas—ada yang unggul di kuah bening gurih, ada pula yang juara di koya dan topping melimpah. Pilih sesuai selera Kamu.
Depot Asih Jaya – Legendaris, Ruang Luas, Varian Lengkap
Depot ini sering disebut “andalan keluarga” karena ruang makannya lega dan pelayanan cekatan. Ciri rasa: kuah bening yang gurih bersih, rempahnya halus, tidak menutup rasa ayamnya. Koya disajikan terpisah, sehingga Kamu bisa mengatur kekentalan sesuai selera.
Menu & kisaran harga: soto ayam (campur/pisah), soto daging, soto babat, soto ceker, plus pilihan lain seperti rawon dan gule; mulai belasan ribu hingga kisaran dua puluh ribuan.
Waktu terbaik datang: pagi sampai jelang siang saat kuah masih “di puncak”—aroma ayam kampung dan bawang gorengnya wangi sekali.
Catatan pengalaman: Saya suka memesan nasi pisah agar kuah tetap terang dan tidak cepat keruh. Untuk rombongan, staf terbiasa mengatur meja panjang sehingga nyaman.
Lihat lokasi : google maps
RM Asih Jaya Putra – Strategis, Ramah Rombongan, Pilihan Porsi
Satu “saudara” yang sama-sama populer. Lokasinya strategis di jalur kota, mudah dijangkau saat Kamu dalam perjalanan lintas.
Ciri rasa: kuah bening gurih dengan sentuhan bawang putih yang bersih, koya padu, dan suwiran ayam yang tidak terlalu halus sehingga terasa “bertekstur”.
Menu & kisaran harga: soto lamongan biasa/spesial, soto daging; mulai belasan ribu; ada lauk pendamping seperti ayam goreng dan rawon.
Kapasitas: ideal untuk keluarga atau rombongan kecil. Ruangannya terang, sirkulasi udara baik—nyaman untuk makan siang saat matahari tinggi.
Tips saya: minta irisan jeruk nipis agak banyak; percikan asam segar bikin rasa kuah makin “naik”.
Lihat lokasi : google maps
Soto Depot Kita Hj. Supini – Konsisten, Fasilitas Lengkap, Tempat Nyaman
Tempat makan ini jadi favorit banyak warga lokal karena konsistensi rasa dan fasilitas yang lengkap.
Ciri rasa: kuah bening gurih yang ringan, koya tidak terlalu dominan, cocok buat Kamu yang ingin profil rasa bersih.
Menu & suasana: selain soto ayam, tersedia pilihan lauk seperti bebek/ayam goreng, juga jajanan tradisional. Ruang makannya nyaman; untuk pertemuan kecil, lantai atas sering dimanfaatkan.
Kisaran jam operasional: pagi hingga malam, sehingga enak untuk mampir setelah jalan-jalan sore.
Catatan pengalaman: kalau Kamu tipe yang suka kuah “cling” tanpa banyak minyak, ini bisa jadi nomor satu versi Kamu.
Lihat lokasi : google maps
Soto Ayam Lamongan Cak Mardi – Favorit Harian, Harga Bersahabat
Warung yang terkenal “ramah kantong” ini cocok untuk santap harian.
Ciri rasa: kuah gurih segar, bumbu ringan dengan bawang goreng renyah yang membuat permukaan kuah wangi.
Harga & porsi: bersahabat, dengan porsi pas untuk sarapan atau makan siang cepat. Cocok untuk Kamu yang ingin kulineran tanpa khawatir dompet.
Waktu terbaik datang: jam sarapan hingga jelang makan siang; suasana antrean justru bikin seru karena banyak warga tetap datang setiap hari.
Pesan ala Saya: tambah koya sedikit-sedikit; saat koya “larut” pelan, rasa kuah akan berubah dari ringan menjadi creamy-gurih khas Lamongan.
Lihat lokasi : google maps
Soto Ayam Lamongan Cak Wandi – Dekat Alun-alun, Sederhana tapi Mantap
Letaknya strategis di sekitar pusat kota, suasananya sederhana tapi ramai.
Ciri rasa: seimbang—gurih kaldu, wangi koya, dan bawang goreng yang tidak pelit. Cocok untuk Kamu yang baru pertama kali mencicipi soto Lamongan langsung di kota asalnya.
Kelebihan: akses mudah (dekat alun-alun), sehingga pas untuk pemberhentian singkat saat jelajah kota.
Catatan pengalaman: kalau Kamu suka yang “lebih renyah”, minta tambahan kerupuk udang atau emping; teksturnya bikin gigitan lebih seru.
Lihat lokasi : google maps
Kenapa Soto Lamongan Istimewa?
Selain kuat di rasa, soto lamongan punya identitas yang mudah diingat: koya gurih dari bawang putih goreng dan kerupuk udang, kuah bening yang kuah kuning segar setelah bertemu kunyit di bumbu, dan racikan bawang goreng melimpah. Bagi pecinta kuliner lamongan, perpaduan ini menghasilkan karakter rasa yang bersih namun “berlapis”—gurih, wangi, dan segar. Ditambah sambal rawit dan jeruk nipis, satu mangkok bisa terasa “berubah” tiap suapnya.
Anatomi Seporsi yang Pas
- Kuah: bening-gurih, ringan, tidak terlalu berlemak.
- Koya: pengatur “body” kuah—sedikit untuk tetap ringan, banyak untuk efek creamy.
- Suwiran ayam: idealnya bukan terlalu halus agar tekstur terasa.
- Topping: telur, ati ampela, atau ceker sesuai selera.
- Pendamping: perkedel, sate usus/ayam, kerupuk udang, emping.
Rasa Dibentuk oleh Kebiasaan
Di Lamongan, banyak tempat menjaga kuah tetap “hidup” sepanjang hari. Pagi hari cenderung paling aromatik karena kaldu baru “naik”. Menjelang siang, koya dan bawang goreng segar sering ditambah agar rasa tetap konsisten. Malam hari, beberapa depot menonjolkan menu pendamping seperti bebek/ayam goreng untuk variasi.
Baca Juga : Cafe Live Music Jogja: 5 Spot Buat Nongkrong Kamu Makin Asyik!
Tips & Rekomendasi untuk Penikmat Pertama Kali
- Datang pagi bila Kamu mengejar kuah paling wangi dan antrean yang belum terlalu padat.
- Pilih nasi pisah jika ingin kuah tetap bening sampai suapan terakhir.
- Atur koya bertahap: mulai ½ sendok, cicip, lalu tambah; ini menjaga kuah tidak langsung terlalu kental.
- Jeruk nipis & sambal terakhir: teteskan setelah suapan pertama untuk merasakan perbedaan profil rasa.
- Perhatikan porsi: jika Kamu tipe “snacking”, ambil porsi kecil plus sate usus/ati—lebih variatif tanpa kekenyangan.
- Bawa rombongan? Pilih depot berkapasitas besar (kursi rapat, parkir cukup) agar tidak menunggu lama.
- Harga bersahabat: sebagian besar mulai belasan ribu; sisihkan ekstra untuk lauk pendamping agar pengalaman lebih lengkap.
- Foto cepat sebelum koya ditabur: visual kuah bening dengan taburan bawang goreng itu cantik—pas untuk konten!
FAQ
1) Apa bedanya soto Lamongan dengan soto ayam daerah lain?
Koya khas (bawang putih dan kerupuk udang) membuat kuah gurih-creamy tanpa santan. Kuahnya cenderung bening tetapi tampak kuah kuning segar karena kunyit dan bawang yang seimbang.
2) Harus pakai ayam kampung?
Tidak wajib. Banyak tempat memakai ayam negeri berkualitas, namun beberapa depot memadukan kaldu dari tulang ayam kampung untuk rasa yang lebih “dalam”.
3) Lebih enak nasi dicampur atau dipisah?
Preferensi. Nasi dicampur membuat kuah cepat “berisi”; nasi pisah menjaga kuah tetap bening sampai akhir. Saya pribadi suka pisah agar tekstur kuah terjaga.
4) Topping apa yang paling cocok?
Paling aman: telur, ati ampela, dan sate usus/ayam. Untuk penikmat tekstur, ceker adalah pilihan seru karena kolagen memberi sensasi lembut pada kuah.
5) Bisa pedas?
Bisa. Tambahkan sambal rawit perlahan. Pedas berlebihan dapat menutupi wangi bawang putih dan koya—sayang kalau bumbu halusnya “hilang”.
Mencicipi soto lamongan langsung di kota asalnya adalah pengalaman sederhana yang terasa lengkap: kuah bening gurih, taburan koya, hingga bawang goreng yang wangi. Lima tempat favorit di atas menawarkan karakter berbeda—dari yang ringan sampai yang “koya-forward”. Saat Kamu kembali ke Lamongan, ajak teman atau keluarga dan pilih satu rute kuliner: mulai pagi di depot legendaris, lanjut siang di warung favorit warga, dan tutup sore di tempat yang dekat alun-alun. Simpan panduan ini, tandai tempat yang ingin Kamu coba, lalu bagikan ke kerabat yang butuh rekomendasi kuliner lamongan. Selamat berburu mangkok hangat!


Pingback: 6 Tempat Ayam Penyet Surabaya: Pedas Nikmat Wajib Coba! - Local x Food