Dawet Telasih Bu Dermi
Dawet Telasih

Dawet Telasih Bu Dermi (Pasar Gede) Solo, Wajib Coba!

Day 3 — Haus Habis Belanja, Saatnya Mangkok Dingin Manis yang Ringan

Day 3 – Solo – usai belanja di Pasar Gede, tangan saya penuh kantong rempah dan kue basah. Udara siang menekan, tenggorokan minta yang dingin, manis, tapi tetap ringan. Saya menepi ke deretan kuliner tradisional, dan nama Dawet Telasih Bu Dermi langsung mencuri perhatian. Duduk di bangku kayu, saya menunggu satu mangkok yang katanya jadi ikon segarnya Pasar Gede.

Baca Juga : Kuliner Magelang di Borobudur

dawet telasih bu dermi
Dawet Telasih

Kenapa Saya Datang: Dawet Telasih Bu Dermi Khas Solo yang Jadi “Kunci Rasa”

Ada banyak minuman dingin, tapi telasih membuat dawet ini beda. Biji selasih yang mekar lembut memberi sensasi kenyal-renyah halus ketika bertemu cendol, tape ketan, santan, dan gula aren. Di Solo, telasih identik dengan tradisi pasar: sederhana, jujur, mengutamakan keseimbangan rasa. Saya datang dengan ekspektasi jelas: manis terukur, santan tidak berat, cendol lembut, dan telasih hadir sebagai identitas—not just pelengkap. Lokasinya di Pasar Gede juga strategis buat kamu yang sedang rute keliling kota; tinggal parkir di area pasar, jalan sedikit, pesan, duduk, nikmati.


Pengalaman Makan: Ritme Rasa—Lembut, Kenyal, Dingin, Manis—Dawet Telasih Bu Dermi

Mangkok pertama mendarat. Warna hijau cendol bertemu putih santan, sementara gula aren membentuk gradasi cokelat keemasan di dasar gelas. Saya aduk pelan. Seruput pertama langsung menjawab misi: dingin yang menenangkan, manis yang rapi, lalu santan ringan menyelimuti mulut tanpa jejak enek.

  • Cendol: lembut, tidak berbau langu.
  • Telasih: butiran mungil yang mekar, memberi gigitan halus tiap suap.
  • Tape ketan: manis-asam samar; memperkaya lapisan rasa tanpa mendominasi.
  • Gula aren: tidak meledak; ia menata rasa, bukan memerintah.

Minuman ini paling pas dinikmati saat siang, ketika panas Solo terasa nyata. Waktu menunggu pesanan 5–10 menit (tergantung antrean). Alur penyajian cukup cepat: penjual menakar cendol dan tape dulu, menyiram gula aren, lalu santan, terakhir menambahkan es batu. Sederhana, tapi presisi membuat tiap sendok “hidup”.
Lihat Lokasi : google maps

Tekstur & Aftertaste: Bersih dan Tidak Menumpuk

Yang saya suka, aftertaste-nya bersih. Santan tidak meninggalkan lapisan tebal di lidah; gula aren pamit manis tanpa rasa seret. Hasilnya, satu mangkok habis tanpa rasa begah. Saya duduk sekitar 20–30 menit, cukup untuk bernapas setelah keliling pasar, lalu lanjut aktivitas berikutnya dengan kepala lebih adem.


Informasi Praktis: Biar Nyaman dari Parkir sampai Antrean

  • Jam ramai: sekitar 11.00–15.00. Datang sedikit lebih awal atau lewat jam makan siang kalau mau antre lebih singkat.
  • Parkir motor/mobil: area pasar. Siapkan uang kecil buat parkir dan perhatikan arus kendaraan—ramai di jam sibuk.
  • Sudah berdiri sejak: (belum saya pastikan; di lapak tidak tertulis jelas. Saya memilih menunggu keterangan resmi/arsip setempat agar akurat).

Tip cepat: kalau kamu datang di jam ramai, pesan dulu lalu cari tempat duduk. Selesai minum, geser memberi ruang—ritme pasar berjalan karena saling pengertian.


Ngobrol Singkat dengan Karyawan: 4 Jawaban yang Kamu Cari

  • Komposisi telasih: memakai biji selasih (telasih) yang direndam sampai mekar, dipadu cendol, tape ketan, santan, gula aren.
  • Manis bisa sedang? Bisa. “Bilang saja mau manis sedang atau dikurangi gulanya,” kata mbak yang melayani.
  • Es batu atau es serut? Umumnya es batu, agar suhu dingin tahan lebih lama dan tidak cepat “encer”.
  • Kemasan take-away? Ada. “Bisa dipisah santan dan gula kalau minta, jadi rasanya tetap presisi saat diminum belakangan.”

Komparasi Ringkas: Sesama Dawet Telasih di Pasar, Karakternya Bisa Berbeda

dawet telasih bu darmi
Dawet Telasih

Di sekitar Pasar Gede kamu juga bisa menemukan dawet telasih lain. Secara konsep mirip, tetapi karakter bisa beda di:

  1. Proporsi santan (ringan vs agak kental),
  2. Tingkat manis (gula aren dominan vs menyatu),
  3. Tekstur cendol (lebih padat vs super lembut),
  4. Porsi telasih (royal vs secukupnya).

Dari pengalaman saya, Dawet Telasih Bu Dermi unggul di keseimbangan: manis tidak over, santan tidak “berat”, telasih diberi porsi yang terasa—jadi “kunci rasa” tetap hadir.


Tips Kunjungan: Anti Salah Langkah, Anti Gagal Rasa

  • Waktu terbaik: datang sebelum jam 11.00 atau sesudah 14.00 untuk antre lebih singkat dan kesempatan foto mangkok yang masih “kinclong”.
  • Strategi pesan: sebut “manis sedang” kalau kamu tidak terbiasa gula aren dominan; minta es dikurangi kalau sensitif dingin.
  • Take-away cerdas: minta santan & gula dipisah, simpan es terpisah kalau perjalanan kamu masih panjang.
  • Bawa uang tunai: transaksi lebih cepat di tengah keramaian pasar.
  • Untuk keluarga: tekstur lembut dan rasa ringan cocok untuk anak; tetap pantau porsi es untuk anak kecil.
  • Spot foto: ambil sudut 45° dari atas, aduk setengah agar swirl gula tampak; cari cahaya samping dekat bukaan kios.

Belajar dari Mangkok: Kenapa “Ringan” Itu Penting di Siang Solo

Banyak minuman santan terasa berat saat siang. Di sini justru “ringan” adalah strategi. Santan dibuat cukup creamy tapi tidak menumpuk. Gula aren memberi definisi manis tanpa menusuk. Telasih memberi tekstur kenyal-renyah mikro agar mulut tidak jenuh. Kombinasi itu membuat minuman ini segar sampai suapan terakhir—bukan hanya dingin di awal.

Baca Juga : Selat Solo Mbak Lies: Siang Segar Ramah Anak di Sumber


Alur Pesan–Tunggu–Saji: Efisien, tapi Tetap Diukur

  1. Pesan: sebut porsi, level manis, permintaan es.
  2. Menunggu: 5–10 menit saat ramai; lebih cepat di jam lengang.
  3. Saji: komponen ditata, gula & santan disiram, es batu terakhir.
    Ritme tangan penjual rapi—terlihat dari konsistensi warna dan kerapihan topping. Di pasar, ketepatan gerak artinya antrian bergerak.

Cocok sebagai “Jeda” dalam Rute Kota

Kalau rute harianmu padat—dari Keraton, lanjut butik batik, lalu kuliner—mampir ke Dawet Telasih Bu Dermi adalah jeda yang masuk akal: singkat, menyegarkan, dan tidak bikin begah. Lokasinya di Pasar Gede memudahkan: tinggal selipkan di awal, tengah, atau penutup rute dalam kota.


Catatan Kenyamanan: Realistis ala Pasar, tapi Tetap Terjaga

Dinamika pasar itu hidup: suara, lalu-lintas pejalan, aroma kuliner. Di lapak Bu Dermi, peralatan terlihat bersih, bahan tertutup rapi, es disimpan terpisah. Tisu basah berguna, dan paling penting—bawa kembali sampah kecilmu. Kenyamanan pasar tumbuh dari kebiasaan baik pengunjung.


Jangan Ragu Menyebut Preferensi

Banyak orang sungkan bicara soal manis dan es. Padahal, menyebut preferensi menentukan rasa akhir mangkokmu.

  • Manis: pilih “sedang” untuk langkah aman; atau “standar Bu Dermi” kalau kamu suka profil gula aren yang klasik.
  • Es: minta dikurangi kalau sensitif, atau normal untuk suhu yang awet dinginnya.
    Di sini, penjual terbiasa mendengar permintaan detail—sebutkan saja.

Buat Kamu yang Suka Foto: Biar Mangkok Tampil Menggoda

  • Gunakan latar meja kayu atau anyaman untuk nuansa tradisional.
  • Pastikan ada cahaya samping agar kilau es dan santan timbul.
  • Aduk separuh dulu—biarkan swirl gula tetap terlihat cantik.
  • Jangan menunda: es mencair cepat di siang Solo.

Jadi Wajib Nggak Nih? — Akhir dari Experience Ini

Wajib. Alasannya tiga: segar, manis terukur, dan khas. Segar karena suhu dingin berpadu santan ringan; manis terukur karena gula aren memberi definisi tanpa mendominasi; khas karena telasih benar-benar jadi identitas rasa. Untuk jeda singkat di tengah riuhnya Pasar Gede, satu mangkok Dawet Telasih Bu Dermi terasa tepat—menyegarkan tanpa bikin penuh.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply